Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Memang Bisa "Jiper" pada Gibran

11 Februari 2021   17:31 Diperbarui: 11 Februari 2021   17:40 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Tribunnews.com - Edit: Elang Salamina

SECARA mengagetkan, mantan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono mengeluarkan pernyataan melalui cuitan akun twitter pribadinya, beberapa waktu lalu. Menurutnya, belum ada tokoh kuat yang mampu menyaingi Anies Baswedan apabila Pilgub DKI digelar pada tahun 2022, kecuali Gibran Rakabuming Raka. 

Cukup mengagetkan, bukan? Sebab, sejauh ini yang digadang-gadang bakal menjadi saingan berat Anies adalah Menteri Sosial (Mensos), Tri Rismaharini. Mantan Wali Kota Surabaya itu memiliki seabreg modal. Baik elektabilitas, dukungan partai, maupun pengalaman di pemerintahan. 

Tapi, menjadi hak Arief Poyuono mengeluarkan pendapat. Lagipula pemilihan kepala daerah serentak masih dihadapkan pada dua opsi terkait waktu pelaksanaannya, yakni pada tahun 2022 atau 2024. DPR RI sejauh ini masih membahas dua opsi pelaksanaan Pilkada tersebut melalui revisi Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Diketahui, UU tersebut masuk dalam program legislasi nasional (Prolegnas) prioritas 2021 yang akan dibahas DPR. 

Apabila Pilkada serentak dilaksanakan pada tahun 2022 dan 2023, Anies Baswedan sebagai petahana mempunyai modal besar untuk kembali mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub DKI 2022. Bisa dipastikan posisi mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini akan begitu kuat berhadapan dengan siapapun lawannya. 

Sejauh ini penulis berpikir, lawan berat Anies baru merujuk pada satu nama. Tri Rismaharini atau biasa disapa Risma. Seperti telah disinggung, sosok yang satu ini bukan nama asing dalam percaturan politik tanah air. Sewaktu menjabat Wali Kota Surabaya, Risma menuai banyak prestasi, sehingga membuat namanya harum. 

Karena dianggap sukses menjalankan tugasnya sebagai Wali Kota, Presiden Jokowi memberinya jabatan Mensos. Dengan begitu, otomatis panggung politik wanita kelahiran Kediri, 20 Mei 1961 tersebut terjaga. Bahkan, beberapa waktu belakangan, mampu menyedot perhatian penduduk Kota Jakarta lewat gebrakan dan aksi blusukannya.

Dengan alasan ini, Risma digadang-gadang bakal mampu menjungkalkan hegemoni Anies di ibu kota. Jadi, menurut penulis, Risma lah yang bakal mampu menyaingi atau menjadi lawan kuat pada Pilgub DKI Jakarta dimaksud. 

Namun begitu, pernyataan Arief Poyuono pun bisa juga benar. Gibran bisa menjadi pesaing kuat Anies, karena status ayahnya, Jokowi. Sebagai orang terkuat di tanah air, apapun bisa dilakukan Jokowi demi mendongkrak popularitas dan elektabilitas Gibran.

Lihat saja waktu Pilkada Kota Solo. Meski minim pengalaman politik, Gibran mampu melenggang mulus menuju takhta Solo 1. Tidak ada satupun kader-kader dari partai politik lain untuk melawannya. 

Meski demikian, Jakarta jelas beda dengan Solo. Selain konstelasi politiknya jauh lebih berat, lawan yang bakal dihadapi adalah orang yang jauh lebih unggul dibanding Gibran. Baik dari segi pengalaman berpolitik, intelektualitas, dan senioritas. 

Jadi, bila mengacu pada rasa percaya diri Arief Poyuono, bisa saja Gibran menjadi satu-satunya lawan kuat Anies, namun dengan catatan. Dan, catatan ini juga tidak gampang direalisasikan. 

Pertama, pastikan bahwa pertarungan Pilgub DKI tersebut head to head atau hanya ada dua pasangan calon. Antara Gibran dengan Anies. Bila ini terjadi, akan lebih mudah bagi tim sukses untuk menggiring masyarakat agar memilih Gibran.

Misalkan, pakai bumbu-bumbu kampanye negatif seperti gaungkan istilah ABA atau "Asal Bukan Anies". Bila istilah ini bisa merasuk pada masing-masing calon pemilih, otomatis tidak ada pilihan lain, kecuali Gibran itu sendiri. Keuntungan lain dari head to head yaitu sudah bisa dipastikan masyarakat yang tidak menyukai Anies akan lebih memilih Gibran. 

Beda halnya bila pasangannya lebih dari dua calon. Istilah tersebut di atas jelas tidak akan efektif. Sebab, masyarakat dihadapkan pada lebih dari satu pasangan calon lainnya. 

Kedua, memaksimalkan status Presiden Jokowi. Sebagaimana penulis sebut Gibran kalah segalanya oleh Anies. Modal dia hanya mendompleng nama besar dan power ayahnya. 

Dengan segala kekuasaannya, bisa saja Jokowi melobi kepada seluruh partai koalisi pemerintah untuk rapatkan barisan agar mendukung Gibran. Bila perlu, partai oposisi pun, seperti PAN atau Demokrat yang sikap politiknya masih abu-abu dirayu untuk mendukungnya. Sengaja tidak menyebut PKS. Pasalnya, partai ini memiliki ideologi kokoh, sehingga bakal sangat sulit untuk dilobi. 

Nah, bila hampir semua partai berhasil diborong, Anies praktis akan kesulitan untuk maju. Karena jika hanya mengandalkan PKS , jelas kursinya tidak cukup untuk mengusung pasangan calon. Diketahui, dari total 106 kursi DPRD Jakarta, PKS hanya mendapat 16. Jumlah ini tidak mencukupi ambang batas pencalonan sebesar 20 persen. 

Melihat peta politik seperti itu sangat wajar bila kemudian Anies Baswedan bakal merasa jiper melawan Gibran. Dan, pernyataan Arief bisa masuk akal juga. 

Meski begitu, rasanya bakal lebih baik bagi Gibran untuk lebih fokus menjadi Wali Kota Solo. Biarlah dia belajar lebih banyak dulu tentang berpolitik dan cara memerintah berikut pemecahan masalahnya. Seandainya kekeuh ingin memanfaatkan golden moment atas kekuasaan ayahnya, lebih baik maju pada Pilkada Jawa Tengah, yang digelar pada tahun 2023. 

Di sana, Gibran bakal mendapat beberapa keuntungan. Pertama, Jawa Tengah adalah basis tradisional PDI Perjuangan. Dengan begitu bakal lebih mudah menjual namanya ke masyarakat.

Kedua, Gibran setidaknya sudah mendapat bekal atau pelajaran berharga, lantaran telah dua tahun memerintah di Kota Solo. Dan, keuntungan ketiga, Ganjar Pranowo sebagai mantan gubernur wilayah setempat tentu bisa dimintai bantuan untuk meraih simpati publik. 

Demikian analisis sederhana penulis. Semoga bermanfaat.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun