BEBERAPA waktu lalu, beredar foto soal ujian sekolah yang mencantumkan nama Anies dan Mega yang diduga merujuk pada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Dalam soal itu, Anies dan Mega disandingkan dengan soal terkait perilaku amanah.Â
Ada dua soal ujian dengan jawaban pilihan ganda. Pada soal pertama, disebutkan bahwa Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta tak menggunakan jabatan untuk memperkaya diri, melainkan untuk menolong rakyat.Â
Siswa diminta menjawab sifat apa yang ditunjukkan oleh Anies itu. Lalu pada soal lainnya, disebutkan bahwa Anies kerap diejek Mega, namun Anies tak pernah marah.Â
Memang kedua nama yang menyerupai tokoh-tokoh politik nasional tersebut di atas bakal bisa dengan mudah dimentahkan oleh penulisnya. Bisa saja, nama Anies dan Mega yang ada pada lembar soal tersebut hanyalah tokoh fiktif belaka. Tidak ada korelasinya dengan Anies Baswedan maupun Megawati Soekarnoputri.Â
Meski demikian, saat lembar soal tersebut beredar, menimbulkan persepsi berbeda di ranah publik. Ada yang menghubungkan, bahwa hal itu dilakukan dengan sengaja. Tujuannya adalah politik. Dalam hal ini, si pembuat soal seolah ingin menimbulkan kesan di masyarakat bahwa sifat Anies Baswedan merupakan sosok protagonis. Sedangkan Megawati sosok yang antagonis.Â
Cukup beralasan bila ada pihak yang menghubungkan hal itu dengan politik, mengingat tensi politik di tanah air dalam beberapa waktu terakhir lumayan memanas. Khususnya terkait Pilpres 2024. Anies Baswedan dan Megawati sebagaimana kita ketahui berada dalam kubu yang bersebrangan. Dan, masing-masing memiliki kepentingan pada ajang suksesi kepemimpinan nasional tersebut.Â
Megawati seperti diketahui berada di pihak penguasa. Bahkan, putri Presiden Sukarno ini bisa disebut sebagai pimpinan koalisi partai pemerintah. Sementara Anies, meskipun menjabat sebagai kepala daerah yang berada dalam lingkaran pemerintahan, selalu dikait-kaitkan dengan kubu oposisi. Terlebih, saat Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu, dia didukung oleh dua partai oposisi yang cukup kuat membentur pemerintah pusat kala itu, yakni Partai Gerindra dan PKS. Hanya, belakangan partai Gerindra lebih memilih bergabung dengan penguasa, meninggalkan PKS.Â
Timbul kesan, lembaran soal yang menyertakan nama Anies dan Mega tersebut sebenarnya bentuk propaganda dan promosi tersembunyi dari pihak penulis untuk melambungkan nama Gubernur DKI Jakarta agar senantiasa mendapat simpati publik. Di lain sisi, ingin menyerang atau mendeskriditkan Mega. Bisa jadi, itu dilakukan oleh kehendak pribadi atau pesanan dari kelompok tertentu. Wallahualam Bhishawab.Â
"Bagi saya ini ada keanehan, kayak sistematis dan terstruktur. Pak Ganjar piye-piye (gimana pun) ya identik dengan Gubernur Jateng idolaku. Ora trimo aku rek, Pak Ganjar dielek-elek (Gak terima aku Pak Ganjar dijelek-jelekkan," tulis pengunggah foto soal itu. Dikutip dari Kumparan.com.Â
Yang membuat akun tersebut tak terima adalah bunyi dari soal tersebut yang menyebutkan Ganjar tidak pernah bersyukur. Dalam unggahan itu tertulis:Â