Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kwik Kian Gie Lebih Nyaman Kritik Zaman Soeharto, Ada Apa dengan Jokowi?

8 Februari 2021   20:30 Diperbarui: 8 Februari 2021   21:00 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian, perlu diingat pula, pada zaman orde baru dunia internet dan media sosial belum semarak atau bahkan belum ada sama sekali. Sehingga apapun yang dilakukan Kwik hampir tidak pernah diketahui publik. Beda halnya dengan era saat ini dimana hampir setiap masyarakat Indonesia memilik media sosial masing-masing. Mereka bisa dengan murah mengakses informasi apapun yang diinginkan. 

Seiring semakin pesatnya kemajuan teknologi dan maraknya media sosial, maka tanpa disadari menjamur pula para buzzer atau pendengung. Mereka siap pasang badan, bila pihak-pihak yang dibelanya bila ada yang menyinggung atau mengkritisi. Jadi jangan heran, salah sedikit saja kita berucap atau sedikit saja menyinggung kelompok tertentu, maka bersiaplah kelompok lain turut berkomentar, bahkan menyerang. 

Apa yang diucapkan Kwik Kian Gie bisa juga masuk akal dan tidak begitu berlebihan. Pasalnya patut diakui, belakangan ini tampak gejala-gejala otoriterianisme kembali menguat. Tandanya yaitu, makin tidak bisa ditoleransinya perbedaan pendapat, penegakan hukum yang cenderung tebang pilih dan ada pihak-pihak tertentu yang merasa dekat dengan kekuasan menggunakan keistimewaannya untuk membidik kelompok-kelompok yang dianggap bersebrangan. 

Contohnya, bila kelompok-kelompok atau individu yang dianggap dekat dengan kekuasaan melakukan kesalahan, pihak penegak hukum selalu saja ada alasan untuk tidak menerima laporan atau memproses hukum. Lain halnya, bila yang melakukan kesalahan tersebut adalah kelompok yang bersebrangan, aparat selalu sigap untuk kemudian langsung memproses hukum. 

Hal ini yang mengakibatkan terjadinya kecemburuan sosial dan perseteruan-perseteruan diantara kelompok masyarakat. Dampaknya, segala kekesalan itu ditumpahkan pada media sosial. Nah, dari sinilah jebakan-jebakan hukum mengintai bagi pihak-pihak yang kontra pemerintah. Salah ngomong, maka UU ujaran kebencian, UU ITE menjadi senjata tajam dan ampuh. Tapi, UU ini seolah mendadak tumpul bila tindakan atau ucapan miring itu datangnya dari pihak yang dianggap dekat dengan kekuasaan. 

Nah, boleh jadi karena ini pula maka Kwik Kian Gie mengaku lebih nyaman hidup di era Soeharto dibanding era sekarang yang dipimpin oleh Presiden Jokowi. Untuk itu, negara atau Presiden memang sudah sepatutnya turun tangan untuk menertibkan para pendengung, sekaligus berlaku fair. Siapapun tanpa kecuali yang dianggap melakukan ujaran kebencian, penghinaan, melanggar UU ITE atau rasisme, mendapat perlakuan hukum yang sama. Begitulah kira-kira.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun