MESKI hampir sepekan lamanya, drama kudeta kepemimpinan Partai Demokrat masih saja menjadi perbincangan hangat. Begitu banyak sudut pandang dan analisis dari beragam pakar, sehingga isu ini terus menggelinding bagai bola salju.Â
Sebagaimana diketahui, awal bulan Februari 2021, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menggelar konferensi pers, dan mengumumkan tentang adanya pihak-pihak yang hendak mengambilalih kekuasaannya. AHY memang tidak menyebutkan nama, namun belakangan terungkap siapa-siapa saja pihak yang dituduh bakal melakukan kudeta tersebut.Â
Dari sekian nama yang diduga ikut dalam upaya menggulingkan AHY itu ada nama mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat, Marzuki Alie. Dia disebut-sebut salah seorang yang turut dalam pertemuan di sebuah hotel mewah Jakarta, bersama Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Jendral (Purn) Moeldoko.Â
Tudingan tersebut rupanya dibantah keras Marzuki Alie. Dalam beberapa kali kesempatan program berita televisi nasional, dia menyatakan tudingan itu adalah fitnah dan telah merusak nama baiknya.Â
Sebagai bentuk perlawanan serta ajang pembuktian dirinya tidak pernah terlibat dalam upaya penggulingan AHY, Marzuki Alie pun memberikan tantangan kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan juga para elite Partai Demokrat untuk membuktikan tudingan kepada dirinya itu.Â
"Karena ini menyangkut masalah publik, saya nggak main-main, jadi saya langsung WhatsApp ke Pak SBY, kalau mereka tidak bisa membuktikan, sanksi partai harus jelas, mereka harus dipecat dari partai. Itu yang saya katakan ke Pak SBY," kata Marzuki saat dihubungi, Jumat (5/2). Dikutip dari CNN Indonesia.Â
"Kalau saya di sana bertemu Moeldoko buktikan aja, di mana? Buktikan. Fotonya ada nggak? Atau siapa yang menyaksikan, pasti tidak akan tidak difoto, pertemuan itu pasti difoto," imbuh Marzuki.Â
Bukan hanya menantang, Marzuki pun menyindir AHY adalah pemimpin cengeng. Menurutnya, fitnah kepada dirinya harus diselesaikan. Kalau tidak bisa secara organisasi, diselesaikan secara hukum. Kalau tidak mampu membuktikan, menurut dia artinya tidak mampu memimpin partai.Â
"Siapa pun juga, saya tidak bicara Ketua Umum, apakah dia Ketua Harian, Ketua Majelis Tinggi, saya nggak peduli, artinya kalau dia memfitnah dia harus diberikan sanksi," desaknya.Â
Tantangan Marzuki sepertinya bukan main-main. Mantan Ketua DPR RI ini sepertinya sudah merasa gedek dan marah, karena dituding sebagai salah seorang pelaku rencana kudeta.Â
Berlebihankah sikap Marzuki Alie? Saya rasa tidak. Bahkan, sikap Marzuki ini telah selayaknya. Sebagai mantan pejabat tinggi, tentu dirinya merasa harus membela nama baik dan meluruskan permasalahan. Apalagi berdasarkan rekam jejaknya, pria kelahiran Palembang, 6 November 1955 adalah salah seorang deklarator dan ikut membesarkan Partai Demokrat hingga mampu menjadi pemenang pemilu pada tahun 2009 lalu.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!