PRESIDEN Abdurachman Wahid alias Gus Dur sempat membuat kebijakan berani. Beliau dengan tegas membubarkan Kementrian Sosial, lantaran dinilai sebagai sarang korupsi.Â
Tidak heran, jika Kemensos menjadi sarangnya tikus-tikus berdasi yang menggerogoti duit rakyat. Pasalnya, di instusi yang membidangi masalah sosial tersebut sangat basah. Tiap tahunnya, ada puluhan triliun rupiah yang dikelola oleh mereka.Â
Sayang, keputusan Gus Dur dirubah kembali oleh presiden berikutnya, Megawati Soekarnoputri. Dan, korupsi kembali marak terjadi. Tercatat, telah ada tiga Mensos yang tergiur berbasah ria mengkorup duit rakyat. Dan, akhirnya harus mendekam di balik jeruji besi penjara.Â
Ketiga Mensos tersebut adalah Bachtiar Chamsyah, Idrus Marham dan Juliari Peter Batubara. Sebagai catatan, khusus Idrus Marham ditangkap KPK bukan karena korupsi di Kemensos. Dia terlibat kasus dugaan suap proyek PLTU Riau-1. Hanya saja saat ditangkap, statusnya sebagai Mensos.Â
Kita berharap, ke depan Kementrian Sosial tidak lagi dijadikan ajang bancakan bagi kelompok elite penguasa atau individu tertentu. Biarlah ketiga nama Mensos di atas menjadi tumbal dan tidak terjadi lagi praktik-praktik korupsi. Semoga!Â
Namun, harapan saja tidak cukup. Dibutuhkan seorang leader atau menteri yang benar-benar tegas, bersih dan hanya fokus kerja demi kepentingan masyarakat.Â
Atas dasar itu, kita memiliki kepercayaan besar terhadap Mensos Tri Rismaharini. Sosok ini adalah tipikal pemimpin yang sepertinya cocok ditempatkan sebagai orang paling kuat di Kemensos.Â
Lihat saja jejak digital Risma---sapaan akrab Tri Rismaharini saat menjabat Wali Kota Surabaya. Begitu banyak prestasi yang dia ukir. Dan, utamanya selama 10 tahun menjabat, Risma relatif bersih dari praktik korupsi.Â
Telah disinggung, Kementerian Sosial adalah institusi basah. Untuk itu dibutuhkan seorang menteri yang tidak takut basah. Mau turun ke bawah dan bergaul dengan masyarakat bawah. Tidak takut dengan segala konsekuensi politik atau hujatan netizen.Â
Dan, Risma telah mampu membuktikan itu. Setidaknya hingga hari ini. Dia memilih lebih disukai masyarakat, dan mempersilahkan netizen menghujat, atau dibenci elite politik. Khususnya dari kalangan oposisi. Karena, harus diakui bahwa dalam menegakan segala kebijakan harus benar-benar paham tentang apa yang terjadi di akar rumput.Â
Risma menjelma jadi antitesis dari kinerja menteri-menteri sebelumnya yang selalu menetapkan kebijakan sosial di belakang meja. Di sebuah ruangan kerja mewah bersama para kolega.Â
Nah, kaitannya dengan jiwa sosial dan cara pandangnya terhadap masyarakat bawah jauh lebih peka dibanding pendahulunya. Baru-baru ini, Risma kembali berulah.Â
Eits, jangan negatif thinking dulu! Maksud berulah di sini adalah anggapan yang akan datang dari pihak-pihak yang selama ini membenci atau terancam secara politik oleh kehadiran dan sepak terjangnya. Betapa tidak, Risma kembali membuktikan kepedulian dirinya dengan membuat sebuah terobosan baru mengatasi masalah pemulung. Wanita kelahiran Kediri, 20 November 1961 ini menggandeng BUMN PT Waskita Karya yang bergerak di bidang konstruksi untuk mempekerjakan para pemulung.Â
Dikutip dari Kontan.id, secara simbolis, Risma mengantarkan 15 pemulung yang telah mendapatkan pekerjaan dari PT Waskita Karya yang tengah mengerjakan sejumlah proyek pemerintah di Depok dan Bekasi. Harapan Risma, para pemulung ini bisa mendapatkan penghasilan lebih baik.Â
Masih ada ulah Risma yang lain. Yaitu, membantu menyiapkan nasi bungkus untuk para korban banjir di Jember, Jawa Timur. Bahkan, dia juga sempat sempat membantu relawan memasak di dapur umum.Â
Gebrakan Risma ini langsung disemprot Hidayat Nur Wahid. Dikutip dari Pikiran Rakyat.com, politisi PKS ini menyebut bahwa apa yang dilakukan Risma bukanlah seorang tugas Mensos.Â
Hidayat lantas mendesak Risma untuk segera membuat kebijakan-kebijakan solutif dan visioner, karena saat ini makin banyak bencana alam yang terjadi di Indonesia.Â
"Tapi karena bencana alam makin banyak dan luas, segeralah buat kebijakan-kebijakan solutif dan visioner," ujar Hidayat Nur Wahid.Â
"Perbaiki data-data untuk bansos, dan lain-lain. Agar rakyat benar-benar terbantu, dan Mensos bisa husnulkhatimah sebagai Menteri," kata Hidayat Nur Wahid.Â
Kritikan Hidayat Nur Wahid terhadap Risma bukan sekali ini saja. Sebelumnya, dia juga pernah menyemprit mantan Wali Kota Surabaya ini, kala yang bersangkutan melakukan blusukan di wilayah Kota Jakarta, dan menemukan sejumlah warga yang masih tinggal di kolong jembatan.Â
Kala itu, Wakil Ketua MPR RI tersebut menyinggung jumlah masyarakat Surabaya yang masih banyak tinggal di kolong tol. Dia menyebut masalah itu belum beres ditangani oleh Risma selama menjabat sebagai wali kota.Â
Tidak ada yang salah sih dengan segala kritikan Hidayat Nur Wahid. Hanya saja, daripada terus mengurusi aktivitas Risma yang jelas-jelas tengah coba berbaur dan memahami segala keluh kesah masyarakat bawah, lebih baik yang bersangkutan pun turut serta dan berperan aktif dalam membantu para korban bencana.Â
Koar-koar yang dia lontarkan tidak akan membuat masyarakat terdampak bencana menjadi kenyang dan luput dari segala kesusahan. Apalagi, kritikannya itu bermuatan politis, tantu makin tidak akan berpengaruh apapun bagi masyarakat bawah terkena bencana.Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H