DALAM beberapa waktu terakhir ada yang berbeda dengan sikap yang ditunjukan oleh mantan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab dan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Keduanya tampak melunak. Jauh dari kata garang dan membelot.Â
Tentu apa yang saya katakan ini bukan tanpa alasan. Lihat saja, Habib Rizieq yang tengah menyandang tiga status tersangka menyeru lewat kuasa hukum, Aziz Yanuar. Dia meminta agar pengikutnya membantu pemerintah dalam menangani segala bencana yang terjadi di tanah air, tanpa pandang suku, agama dan maupun ras.Â
Aziz pun seperti banyak ditulis oleh beberapa portal berita online, mengatakan, FPI selalu menjadi ormas terdepan dalam membantu penanganan bencana yang terjadi di bumi pertiwi.Â
Kemudian untuk Anies. Bagi yang selalu mengikuti perkembangan politik tanah air pastinya sudah hafal, Gubernur satu ini doyan melakukan kebijakan yang bersebrangan dengan pemerintah pusat. Tapi, belakangan berubah jadi anak manis.Â
Anies yang sebelumnya pede dengan mengeluarkan aturan rem darurat sendiri untuk wilayah Jakarta dan coba mempengaruhi pemimpin daerah di Jabodetabek. Eh, sekarang minta pemerintah pusat untuk mengambil alih kebijakan dan menyerahkan sepenuhnya koordinasi penanggulangan pandemi Covid-19 di Jabodetabek.Â
Tak hanya itu, Anies juga mendukung keputusan pemerintah pusat memperpanjang masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali. Intinya mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini manut.Â
Sepintas, perubahan sikap yang ditunjukan oleh dua tokoh ini mestinya menjadi kabar gembira bagi segenap bangsa dan negara Indonesia. Pihak yang selama ini kerap melawan, membelot, bahkan membuat gaduh tiba-tiba saja hijrah ke arah lebih baik. Setidaknya, hal tersebut bisa mengurangi beban pemerintah yang tengah dilanda banyak masalah. Mulai dari pandemi, bencana dan resesi ekonomi.Â
Tapi, dilihat dari rekam jejak dan kacamata politik yang selama ini beredar. Perubahan sikap Habib Rizieq dan Anies cukup mengherankan. Apalagi perubahan sikap tersebut hampir berbarengan. Boleh dong curiga? Jangan-jangan mereka tengah menjalankan politik "hela nafas". Coba berhenti sejenak dari segala aktivitas, siasat, dan lebih manut dulu. Kemudian, bila situasi telah menguntungkan, kembali bermanuver dan tancap gas.Â
Kembali, kecurigaan ini bukan tanpa alasan. Bila flashback ke belakang, konstelasi politik tanah air sempat diriuhkan dengan adanya poros politik baru. Poros Anies-Rizieq-JK. Poros tersebut muncul tak lama setelah mantan Imam Besar FPI, tiba di tanah air setelah tiga tahun lebih menetap di Arab Saudi.Â
Poros ini tampak begitu percaya diri bisa menjadi lawan tangguh pada gelaran Pilpres 2024. Setidaknya begitulah beberapa pihak mengatakan. Ditambah lagi, sejak kedatangannya, sang habib menganggap dirinya orang kuat dan ditakuti pemerintah. Makanya, dia tidak peduli dengan segala aturan yang dibuat pemerintah soal protokol kesehatan. Habib Rizieq terus saja membuat kerumunan massa besar-besaran. Bahkan, kalau tidak keburu dicegah, dia juga bakal mengadakan reuni akbar PA 212 dan safari ke daerah-daerah.Â
Habib Rizieq juga makin jumawa, kala sebagian elite politisi oposisi turut mendukungnya. Buktinya, mereka seperti berlomba-lomba sowan ke kediaman sang habib di Petamburan, Jakarta Barat. Dan, ini diperkuat dengan sikap Anies Baswedan yang permisif. Dia seolah menghalalkan segala polah Imam Besar FPI dimaksud.Â