SEJAUH ini nama-nama top three atau tiga besar penguasa hasil jajak pendapat beberapa lembaga survei pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres) 2024 masih dipegang oleh Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Maka itu, ketiganya digadang-gadang layak atau potensial meneruskan estafet kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).Â
Dari ketiga nama tersebut di atas, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan paling banyak menuai sorotan publik. Hal ini tak lepas dari statusnya sebagai penguasa ibu kota yang dibalut dengan segala kontroversi yang kerap ia ciptakan selama menjabat DKI 1.Â
Dengan banyaknya mendapat sorotan publik ini pula, menjadikan popularitas Anies tak diragukan. Kemudian, dukungan penuh dari kelompok Islam kanan yang pada pilpres sebelumnya diberikan pada Prabowo Subianto kemungkinan besar adalah faktor utama tingginya elektabilitas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.Â
Dua modal kuat ini yang akhirnya menjadikan Anies Baswedan sebagai calon presiden potensial. Masalahnya, dengan hanya mengandalkan nama besarnya saja tidak cukup. Dia membutuhkan calon wakil presiden yang sama-sama bisa memberikan kontribusi besar terhadap perolehan suara.Â
Siapa dia?Â
Cukup banyak nama-nama atau kandidat yang digadang-gadang berpotensi menjadi calon wakil presiden. Sebut saja diantaranya Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno; Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.Â
Bila acuannya mencari calon wakil presiden yang bisa sama-sama dijadikan vote getter, tak berlebihan bila nama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil layak dikedepankan. Sebab, Kang Emil---sapaan akrab Ridwan Kamil juga memiliki elektabilitas lumayan tinggi.Â
Sejauh ini, mantan Wali Kota Bandung tersebut tak pernah keluar dari lima besar hasil jajak pendapat lembaga survei. Artinya, tingkat kepercayaan publik terhadap Kang Emil juga cukup tinggi.Â
Modal lainnya yang dimiliki Kang Emil adalah statusnya sebagai Gubernur Jawa Barat. Ini bakal menjadi keuntungan sendiri baginya. Populasi Penduduk Jawa Barat yang mencapai 49,9 juta pada tahun 2020 lalu bakal menjadi kekuatan luar biasa bila bisa dimanfaatkan dengan baik.Â
Ridwan Kamil bisa saja memainkan politik sentimen kedaerahan. Apalagi, setelah Oemar Wirahadikoesoema, belum ada lagi wakil presiden berasal dari tanah Pasundan. Kerinduan masyarakat Jawa Barat terhadap pemimpin urang sunda cukup tinggi. Dan, hal ini bisa menjadi peluang bagus bagi Ridwan Kamil mendulang suara sebanyak-banyaknya.Â
Prinsipnya, bila Anies Baswedan dengan Ridwan Kamil diduetkan sebagai pasangan calon pilpres 2024, rasanya akan menjadi lawan sangat diperhitungkan oleh pasangan calon manapun. Hanya masalahnya ada kendala besar yang menghantui kedua calon ini.Â
Baik Anies maupun Kang Emil tidak memiliki kendaraan politik sebagai syarat utama pencalonan. Keduanya tidak tercatat sebagai kader partai politik manapun.Â
Merujuk pada perjalanan karier politik keduanya pada saat pilkada, bolehlah berandai-andai kalau PKS adalah salah satu partai yang siap mengusung. Wacana yang berkembang, partai dakwah ini memang kerap dikaitkan dengan Anies Baswedan.Â
Mereka sepertinya ingin coba merajut kembali kisah manis saat Pilgub DKI 2017. Kala itu, PKS yang berkoalisi dengan Partai Gerindra sukses mengantarkan pasangan Anies-Sandiaga Uno menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.Â
Sementara, Ridwan Kamil sebagaimana kita ketahui sukses menjadi Gubernur Jawa Barat pada pilkada 2018 berkat usungan empat partai politik. Partai tersebut adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Nasdem dan Hanura.Â
Dari keempat partai tersebut di atas, sepertinya hanya Nasdem yang masih memiliki peluang melanjutkan kerjasamanya. Selain hingga saat ini masih tidak memiliki kader mumpuni untuk dicalonkan. Nasdem juga sempat digadang-gadang bakal mengusung Anies Baswedan. Jadi, akan menjadi sebuah konstelasi politik yang sangat kebetulan bila Anies dan Ridwan Kamil bersatu.Â
Namun, koalisi PKS dengan Nasdem ini masih belum cukup bagi memenuhi ambang batas pilpres atau presidential threshold sebesar 20 persen perolehan jumlah total kursi di parlemen. Bila digabungkan, keduanya hanya mencapai 109 kursi atau sekitar 18 persen lebih.Â
Dengan begitu, masih dibutuhkan dukungan satu partai politik lagi. Boleh jadi PPP akan dilobi, mengingat partai ini adalah pengusung Ridwan Kamil di Pilkada Jawa Barat 2018. Jika komitmennya cocok, sepertinya lobi politik diantara mereka tidak akan begitu sulit. Sebab, sampai sejauh ini partai berlambang kabah tersebut tidak memiliki kader mumpuni untuk dicalonkan.Â
Lalu, bagaimana dengan Hanura dan PKB? Hanura sebagaimana diketahui telah terlempar dari parlemen. Partai ini tidak ada satu wakil pun yang lolos ke Senayan.Â
Sedangkan PKB, bakal cukup sulit untuk dilobi. Sepertinya mereka masih terus mengintip peluang. Soalnya, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin juga potensial mengisi plot calon wakil presiden. Jumlah kursi partai ini di parlemen pun cukup tinggi, yakni 58 kursi.Â
Itulah soal kemungkinan bersatunya Anies dengan Kang Emil. Namun begitu, ini hanyalah hipotesis sederhana penulis saja. Bisa jadi benar, atau bahkan melenceng jauh.Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H