Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

FPI Bubar, KAMI dan Gatot Jadi Kompas Oposisi Baru?

5 Januari 2021   17:08 Diperbarui: 5 Januari 2021   17:17 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KOALISI Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) langsung menggegerkan jagat politik tanah air, sejak dideklarasikan pada bulan Agustus 2020 lalu. Betapa tidak, anggota yang tergabung dalam organisasi ini bukan orang-orang sembarangan. 

Tengok saja di daftar nama penggagas ada nama-nama yang selama ini malang melintang mewarnai aneka peristiwa di tanah air. Terutama terkait hukum dan politik. Misal, Din Syamsuddin, Gatot Nurmantyo, Rocky Gerung, Said Didu, Rachmawati Soekarnoputri, Rizal Ramli, Sobri Lubis, Ichsanudin Noorsy, hingga Amien Rais yang bergabung paling buncit. 

Sepak terjang dan rekam jejak para tokoh-tokoh di atas jelas menjadi tantangan sendiri bagi pemerintahan Jokowi. Pasalnya, mereka adalah barisan oposisi yang selama ini kerap menyerang atau mengkritisi pemerintah. 

Siapa tak kenal Rocky Gerung? Satu orang ini saja bila sudah melontarkan narasi kritiknya kadang mampu membuat pemerintah limbung. Tak bisa dibayangkan bagaimana kuatnya oposisi jalanan ini bila telah bergabung dalam satu wadah. Kritikan-kritikan mereka bisa jadi jauh lebih dahsyat dan lebih teroganisir. 

Itulah salah satu alasan, deklarasi KAMI langsung bisa membuat geger pemerintah. Belum lagi, muncul nama Gatot Nurmantyo yang digadang-gadang bakal dicalonkan maju Pilpres 2024 oleh kelompok ini. Segala upaya langsung mereka lakukan demi menjadikan mantan Panglima TNI tersebut bisa menjadi kandidat yang layak dipinang partai politik. 

Sebut saja, Gatot diangkat sebagai presidium KAMI. Tidak hanya itu, pria kelahiran Tegal, 13 Maret 1960 ini diberi panggung khusus dengan cara mengunjungi berbagai daerah untuk mendeklarasikan KAMI di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Maksudnya sudah bisa ditebak, nama Gatot lebih dikenal di kalangan masyarakat bawah. 

Saat nama KAMI sedang hangat-hangatnya menjadi perbincangan publik, tiba-tiba saja aktivitasnya bak hilang ditelan bumi. Pemantiknya adalah kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab, setelah tiga tahun lebih menetap di Arab Saudi. 

Setibanya di tanah air, Habib Rizieq dan FPI langsung mendominasi konstelasi politik tanah air. Media massa pun mendapat bahan berita baru. Melupakan KAMI begitu saja. Artinya, kelompok Islam kanan ini jauh lebih seksi menjadi bahan berita dan sorotan kamera dibanding Gatot Nurmantyo dan kawan-kawan. 

Namun, rupanya arah angin berubah. Habib Rizieq dan FPI yang begitu dominan dan mampu meresahkan pemerintahan Jokowi, harus menelan pil pahit. Pentolan FPI itu ditahan Polda Metro Jaya. Dia dijerat pasal 160 KUHP tentang penghasutan. 

Belum lagi, kasus lama soal chat mesumnya dengan Firza Husein sepertinya bakal diungkap kembali, menyusul dicabutnya Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3). 

Nasib malang tak sampai disitu saja. FPI yang telah berdiri sejak 17 Agustus 1998 ini akhirnya dibubarkan pemerintah, melalui SKB enam menteri pada penghujung tahun 2020 lalu. 

Dengan begitu, petualangan Habib Rizieq dan Front Pembela Islam akhirnya diyakini bakal segera tamat. Statusnya sebagai organisasi terlarang, menyebabkan mereka tidak lagi bebas bergerak dan bertingkah polah seperti biasanya. 

Melemahnya Habib Rizieq dan FPI kemungkinan besar akan dimanfaatkan KAMI dan Gatot Nurmantyo untuk mengambil panggungnya yang telah "direbut" oleh kelompok Islam ini dalam beberapa waktu. Niscaya, mereka akan kembali tancap gas mengambil simpati rakyat. 

Bukan tidak mungkin, Gatot Nurmantyo kembali turun ke daerah-daerah demi kebesaran namanya, sekaligus membesarkan KAMI itu sendiri. Bahkan, sebuah keniscayaan mereka juga akan menjadikan organisasinya tersebut sebagai kompas baru kelompok oposisi. 

Sebagai kompas, bakal lebih ringan dan memungkinkan mereka mengorganisir pihak atau kelompok-kelompok yang selama ini kerap bersebrangan dengan pemerintah. Dengan menjadi kompas pula, mereka bisa menjadi king maker dalam percaturan politik tanah air. 

Peluang ke arah itu sangat terbuka lebar. Seperti telah disinggung, para deklarator KAMI bukan orang-orang biasa. Mereka kaum intelektualitas dengan wawasan tinggi. Tentu, bukan perkara sulit menaikan pamor mereka ke tingkat lebih tinggi. 

Siapa tak kenal Din Syamsuddin, Rocky Gerung, Rizal Ramli, Rachmawati Soekarnoputri, Gatot Nurmantyo, atau Amien Rais. Mereka tidak hanya kuat secara pribadi. Namun, cukup kuat pula dalam dukungan basis massa. 

Jika Habib Rizieq dan FPI cenderung memanfaatkan kekuatannya dari dukungan fanatik kelompok Islam. KAMI jika terus dikembangkan bisa jauh lebih besar. 

Mereka datang dari beragam kalangan, tidak hanya kelompok Islam kanan. Dengan begitu, segmen dukungan yang mereka incar pun bakal lebih beragam. 

Dengan demikian, bagi siapapun yang berkepentingan. Baik Pemerintah, maupun partai politik. Sepertinya jangan lengah. Mereka harus segera mempersiapkan diri dan mengantisipasinya dengan baik. Jika tidak, bisa saja kelompok ini menjadi besar, dan mengancam pemerintah atau kelompok lainnya. 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun