Dengan begitu, petualangan Habib Rizieq dan Front Pembela Islam akhirnya diyakini bakal segera tamat. Statusnya sebagai organisasi terlarang, menyebabkan mereka tidak lagi bebas bergerak dan bertingkah polah seperti biasanya.Â
Melemahnya Habib Rizieq dan FPI kemungkinan besar akan dimanfaatkan KAMI dan Gatot Nurmantyo untuk mengambil panggungnya yang telah "direbut" oleh kelompok Islam ini dalam beberapa waktu. Niscaya, mereka akan kembali tancap gas mengambil simpati rakyat.Â
Bukan tidak mungkin, Gatot Nurmantyo kembali turun ke daerah-daerah demi kebesaran namanya, sekaligus membesarkan KAMI itu sendiri. Bahkan, sebuah keniscayaan mereka juga akan menjadikan organisasinya tersebut sebagai kompas baru kelompok oposisi.Â
Sebagai kompas, bakal lebih ringan dan memungkinkan mereka mengorganisir pihak atau kelompok-kelompok yang selama ini kerap bersebrangan dengan pemerintah. Dengan menjadi kompas pula, mereka bisa menjadi king maker dalam percaturan politik tanah air.Â
Peluang ke arah itu sangat terbuka lebar. Seperti telah disinggung, para deklarator KAMI bukan orang-orang biasa. Mereka kaum intelektualitas dengan wawasan tinggi. Tentu, bukan perkara sulit menaikan pamor mereka ke tingkat lebih tinggi.Â
Siapa tak kenal Din Syamsuddin, Rocky Gerung, Rizal Ramli, Rachmawati Soekarnoputri, Gatot Nurmantyo, atau Amien Rais. Mereka tidak hanya kuat secara pribadi. Namun, cukup kuat pula dalam dukungan basis massa.Â
Jika Habib Rizieq dan FPI cenderung memanfaatkan kekuatannya dari dukungan fanatik kelompok Islam. KAMI jika terus dikembangkan bisa jauh lebih besar.Â
Mereka datang dari beragam kalangan, tidak hanya kelompok Islam kanan. Dengan begitu, segmen dukungan yang mereka incar pun bakal lebih beragam.Â
Dengan demikian, bagi siapapun yang berkepentingan. Baik Pemerintah, maupun partai politik. Sepertinya jangan lengah. Mereka harus segera mempersiapkan diri dan mengantisipasinya dengan baik. Jika tidak, bisa saja kelompok ini menjadi besar, dan mengancam pemerintah atau kelompok lainnya.Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H