Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Risma "Bongkar" Wajah Jakarta dan FPI Bubar, Bagaimana Nasib Politik Anies?

31 Desember 2020   10:58 Diperbarui: 31 Desember 2020   11:10 3188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


DALAM beberapa waktu terakhir banyak hal yang terjadi di tanah air. Menariknya, semua itu hampir selalu dikaitkan dengan politik. Wajar, tahun ini adalah tahun politik. Dan, meski masih cukup lama, isu terkait Pilpres 2024 pun sudah mulai menghangat. 

Bicara Pilpres 2024, ada salah seorang kandidat yang sejauh ini digadang-gadang salah seorang kandidat kuat dan diprediksi bakal mampu menyulitkan lawan-lawannya. Dia adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. 

Diperhitungkannya Anies Baswedan bukan tanpa alasan. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan disebut-sebut bakal menjadi pengganti sepadan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto sebagai sosok yang dijagokan oleh pihak oposisi. 

Sejauh ini memang ada beberapa nama yang bakal memanfaatkan kekuatan oposisi. Namun, nama Anies sepertinya masih menjadi yang terdepan. Karena popularitas dan elektabilitasnya jauh meninggalkan pesaing lain. Sebut saja, Gatot Nurmantyo. 

Tengok saja hasil beberapa lembaga survei. Anies tidak pernah keluar dari kelompok lima besar sebagai peraih angka elektabilitas tertinggi. Dia bersaing ketat dengan Prabowo, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno. 

Tidak mengherankan bila Anies selalu mampu mendulang angka elektabilitas tinggi. Sebab, statusnya sebagai gubernur ibu kota negara memudahkan Anies untuk membangun pencitraan. Karena, dia hampir tak lepas dari sorotan media massa. Bahkan, untuk hal satu ini, media darling dirinya bisa mengimbangi jabatan presiden sekalipun. 

Gerak-geriknya yang kerap menjadi sorotan media massa ini menjadikan popularitas Anies tetap terjaga. Demikian juga dengan tingkat kepercayaan publik. 

Namun, perjalanan waktu terus berubah. Akhir-akhir ini tak sedikit pihak yang menduga, langkah Anies menuju kontestasi kepemimpinan nasional lumayan terganggu, bahkan sangat mengancam nasib politik dia. Setidaknya ada dua alasan. Yakni, Tri Rismaharini dan bubarnya organisasi Front Pembela Islam (FPI). 

Tri Rismaharini 

Sejak dilantik menjadi Menteri sosial (Mensos), Tri Rismaharini langsung bergerak cepat menyusun program kerja. Salah satu upaya melengkapi program kerjanya itu adalah blusukan ke beberapa wilayah di Kota Jakarta. 

Risma---nama kecil Tri Rismaharini tak segan menyisir wilayah kumuh dan menemui masyarakat kecil di sana. Kemudian menampung aspirasi dan langsung mempersiapkan solusinya. 

Maaf, bila pejabat lain yang melakukan itu boleh jadi hanya pencitraan di awal-awal menampuk jabatan. Tapi, bagi Risma hal itu dipercaya bakal menuju perbaikan kehidupan sosial masyarakat bawah. Hal ini pernah dibuktikannya saat menjabat Wali Kota Surabaya selama dua periode. 

Gebrakan awal Risma yang berani turun ke bawah dan berbincang langsung dengan masyarakat, langsung menuai banyak apresiasi. Bahkan, ada beberapa pihak yang menyebut aksi blusukannya ini telah mampu 'membongkar' wajah Jakarta sebenarnya. 

Jakarta yang kerap dikatakan Gubernur Anies sebagai kota maju dan modern, ternyata masih menyisakan 'borok'. Banyak warganya yang masih hidup di bawah garis kemiskinan dan membutuhkan uluran tangan pemerintah. Khususnya dari sang gubernur. 

Tak sedikit pihak menilai, bila Risma terus blusukan dan menyisir wilayah-wilayah kumuh Jakarta dan hasilnya positif, bakal membuat citra Anies jatuh di mata masyarakatnya. Karena, hampir bisa dipastikan bakal lebih 'membongkar' wajah kota Jakarta sebenarnya. 

Penilaian logis. Selama ini Anies hampir tidak pernah menyentuh langsung kelompok-kelompok masyarakat kecil, bahkan terkesan membiarkan. Dia hanya sibuk dengan program-program kerja yang sifatnya membangun etalase kota agar tampak bagus di mata umum. 

Dengan kata lain, apa yang dilakukan Anies semata-mata demi kepentingan pencitraan dan politik. Ketika muncul kritik, dia langsung akting. Drama cermin, drama gemetar dan sejumlah drama lainnya pernah dilakukan demi meraih simpati publik. Padahal, drama tidak akan bisa memajukan kota Jakarta dan tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah-masalah sosial. 

Nah, bila Risma terus membuktikan kinerjanya dengan sangat baik dan Anies tetap dengan gayanya sekarang. Lamban dan hanya fokus pencitraan. Bukan mustahil simpati publik Jakarta dan nasional akan tumpah terhadap wanita kelahiran Kediri, 20 November 1961 tersebut. Sedangkan Anies akan bernasib sebaliknya. 

Publik hampir pasti akan terus-terusan membandingkan kinerja keduanya. Dan, Anies akan kembali menjadi obyek kritik dan bully seperti kerap terjadi selama ini. 

Bila ini terjadi, akan sangat mengancam nasib politik Anies. Bukan hanya untuk Pilpres 2024. Sekadar bersaing di Pilgub DKI Jakarta pun bakal kesulitan. Apalagi, yang menjadi lawannya kemungkinan Risma sendiri. 

FPI Bubar 

Sengkarut yang terjadi antara pemerintah dengan FPI bisa dipastikan tamat, setelah Menkopolhukam, Mahfud MD, mengumumkan ormas Islam itu dibubarkan dan dianggap sebagai organisasi terlarang. 

Bagi sebagian publik, hal itu boleh jadi kado terindah tahun baru dari pemerintah. Namun, bagi pihak-pihak yang berkepentingan, bubarnya FPI adalah nightmare. Contohnya, Anies Baswedan. 

Kedekatan Anies dengan FPI sudah dikenal publik. Dugaan kuat, itu pula yang menjadi alasan Anies tak berkutik saat terjadi kerumunan massa di Petamburan. Bahkan, dia sendiri ikut hadir dalam undangan akad nikah putri Habib Rizieq Shihab. 

Alasannya tentu saja politik. Dalam hal ini, Anies diduga sangat membutuhkan dukungan FPI dan Habib Rizieq. Baik untuk roda pemerintahannya di Jakarta atau Pilpres 2024. Sebab, kelompok ini memiliki basis dukungan massa sangat kuat. Satu modal penting bagi bagi Anies untuk memperkuat eksistensi pemerintahannya, sekaligus lumbung suara seksi di era pesta demokrasi dengan sistem pemilihan langsung. 

Lagi, harapan Anies mendapat dukungan penuh dari FPI dan Habib Rizieq jelas-jelas terancam, pasca dibubarkan pemerintah, Rabu (30/12). Ormas ini hampir dipastikan tidak akan sesolid dan semilitan sebelumnya dalam mendukung, maupun menggalang dukungan massa. 

Ada opini, meski bubar, ideologi dan tokoh-tokohnya tidak akan berubah. Opini ini ada benarnya. Namun, seperti telah disinggung, pergerakan mereka tidak akan semaksimal sebelumnya. 

Bak jatuh tertimpa tangga. Itulah gambaran Anies hari ini. Setelah gebrakan-gebrakan Risma mengancam citranya. FPI yang diharapkan bisa menjadi kekuatan demi menggalang dukungan massa juga sudah tamat riwayatnya. 

Anies harus benar-benar mencari formula politik baru bila ingin peluangnya menuju Pilpres 2024 tetap terjaga. Dan, eksistensinya di Pemprov DKI Jakarta tak mudah digoyah. Bukan mustahil partai politik yang siap meminangnya akan berpikir ulang, bila citra Anies dan dukungan massa-nya tergerus. 

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun