POPULARITAS Bintang Emon sebagai komedian tanah air kembali melambung tinggi, setelah unggahan video kritiknya tentang hasil persidangan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK, Novel Baswedan dinilai banyak pihak sarat kejanggalan dan tak ubahnya opera sabun.
Ya, dalam unggahan video tersebut, Bintang Emon memberikan sindiran atas adanya alasan Jaksa Penuntut Umum (JPU), Fredrik Adhar Syarippudin yang menuntut hanya satu tahun penjara terhadap dua pelaku penyiraman air keras karena dalih "tidak sengaja".
Dalam pandangan penulis, selain kritikan yang dibawakan Bintang Emon sarat candaan segar dan mengundang tawa, juga disampaikan dengan sangat cerdas dan bisa diterima oleh logika dan nalar sehat.
Dalam hal ini, komedian yang bernama lengkap Gusti Muhammad Abdurrahman Bintang Mahaputra melibatkan unsur gravitasi bumi dalam kritikannya.
"Kan kita tinggal di bumi! Gravitasi pasti ke bawah, nyirem badan gak mungkin meleset ke muka." Ujarnya, seperti yang penulis tonton dalam chanel Youtube Serambi On TV.
Lewat narasi yang dibangun tersebut di atas, jelas Bintang Emon tengah memperlihatkan sisi intelektualitasnya.Â
Dia menggunakan logika sehatnya, kalau si pelaku penyiraman dibilang tidak sengaja menyiram air keras ke muka karena tujuannya menyiram badan, jelas hal ini sangat bertentangan dengan hukum gravitasi bumi.
Apa yang terjadi dengan unggahan Video kritik ini rupanya berdampak buruk bagi anak muda kelahiran Kalideres, Jakarta 1996 tersebut.
Setelah videonya viral di media Sosial (Medos), Bintang Emon malah mendapat serangan dari akun-akun medsos yang tak dikenal. Bahkan, ada diantaranya yang menuduh juara 1 Stand Up Comedy yang diselenggarakan oleh Indosiar ini suka mengkomsumsi sabu-sabu.
Lantas siapa pihak-pihak penyerang Bintang Emon?
Boleh jadi ini adalah akun-akun yang memang tidak menyukai eksistensi Bintang Emon sebagai komedian tanah air.Â
Namun tak menutup kemungkinan bahwa penyerang ini adalah buzzer-buzzer Rp yang memang telah dipesan oleh pihak-pihak tertentu karena telah mengusik ketenangannya.
Jika menilik serangan ini terjadi pasca unggahan video kritik, tak berlebihan rasanya jika yang menyerang Bintang Emon ini ada kaitannya dengan peristiwa persidangan kasus penyiraman air keras yang di selenggarakan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara.
Sekedar mengingatkan, dalam prosesi sidang tersebut, Jaksa Fredrik Adhar Syarippudin selaku JPU hanya menuntut pelaku atas nama Rahmat Kadir Mahulette dan Ronny Bugis satu tahun penjara.
Terlalu ringannya tuntutan tersebut di atas karena ditenggarai si kedua pelaku beralasan tidak sengaja menyiram bagian wajah Novel. Karena sasaran sebenarnya adalah bagian badan.
Atas dasar ini, pasal yang dibebankan kepada dua pelaku ini adalah Pasal 353 ayat (2) KUHP junto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP tentang penganiayaan berat berencana.
Meskipun begitu, Jaksa menilai tindakan Rony dan Rahmat tak memenugi unsur-unsur dakwaan primer terkait penganiayaan berat dari Pasal 355 ayat (1) KUHO junto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Jokowi Kena "Getahnya"?
Bukan hal aneh jika terjadi hal-hal yang kurang puas di negeri ini, Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden RI hampir selalu dipersalahkan.
Seolah, hal buruk yang terjadi di negeri ini adalah karena kepemimpinan Jokowi sendiri.
Seperti halnya penyerangan yang dilakukan oleh akun-akun medsos terhadap Bintang Emon, juga tak urung dikaitkan dengan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Ibarat kata, orang lain yang memakan buah nangka, Jokowi yang kena getahnya.
Dalam hal ini ada sebagian pihak yang menduga bahwa para penyerang Bintang Emon ini adalah buzzer-buzzer Rp pemerintah.
" Seorang stand up comedian nyindir masalah Novel
Diserang dua akun ga jelas dengan followers sedikit. Lalu serangan itu diviralkan rame2 dgn framing, BuzzerRp@Jokowi serang yg kritik pemerintah!
Dibuat trending. Dua akun itu hilang skrg.
Gua tau koq maenan kalian " Cuit Denny, Selasa (17/6/2020).
Andai saja apa yang diungkapkan oleh Denny Siregar dalam cuitannya benar. Berarti memang masih banyak pihak-pihak diluaran sana yang terus mengintip konstalasi politik nasional yang berkaitan dengan kepemimpinan Presiden Jokowi.
Dimana ada kesempatan, di situ mereka akan memanfaatkan peluang tersebut untuk menyerang Jokowi.
Ah, dasar politik. Tidak berani berhadap-hadapan, "jalan belakang" pun dilakukan demi kepuasan syahwat dan ambisinya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H