Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akankah Sederet "Dosa" Ini Jadi Tiket Kekalahan Trump pada Pilpres AS?

8 Juni 2020   21:23 Diperbarui: 8 Juni 2020   21:40 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DONALD Trump merupakan Presiden Amerika Serikat (AS) saat ini menggantikan presiden sebelumnya, Barack Obama yang sudah habis masa jabatanya. Karena sudah dua periode memegang jabatan tertinggi di Negeri Paman Sam tersebut.

Donald Trump yang juga pengusaha sukses asal New York itu berhasil melenggang mulus menuju White House (Gedung Putih) setelah secara mengejutkan mampu mengalahkan pesaingnya yang jauh lebih diunggulkan, Hillary Clinton.

Kemenangan Donald Trump atas isteri mantan Presiden AS sebelumnya, Bill Clinton ini benar-benar telah menjungkirbalikan analisa dan prediksi para pengamat politik kala itu.

Betapa tidak, selain Trump tidak memiliki pengalaman dalam tatanan pemerintahan atau politik, juga dihadapkan pada kasus yang cukup menghebohkan di saat masa kampanye. Yakni tuduhan pelecehan seksual.

Sementara lawannya, Hillary Clinton, selain pernah menjadi ibu negara, juga sosok yang berpengalaman di dunia politik bersama Partai Demokrat.

Bahkan, sebelum mencalonkan presiden, Hillary Clinton menjabat sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu) di bawah kepemimpinan Barack Obama.

Tanpa terasa, tahun 2020 ini Donald Trump sudah mendekati penghujung masa jabatannya. Sebagai catatan, masa jabatan di AS adalah empat tahun.

Itu artinya, jika Donald Trump masih berkeinginan menjabat presiden untuk kedua kalinya harus kembali bertarung pada pemilihan presiden mendatang. Rencananya akan diselenggarakan pada 3 November 2020 mendatang.

Apakah Donald Trump akan kembali memenangi pertarungan Pilpres seperti 2016 lalu?

Dilihat dari posisinya yang saat ini sebagai petahana, tentu saja peluang untuk kembali menjabat presiden kedua kalinya terbuka lebar.

Jaringan, relasi dan pengalaman segudang selama menjabat presiden pasti menjadi modal yang sangat menguntungkan bagi Trump. Ini pasti berbeda jauh saat dirinya pertama kali mencalonkan presiden.

Hanya saja, selain posisi petahana bisa menguntungkannya, juga boleh jadi bakal menjadi bom waktu yang bisa lebih merugikan dirinya pada pilpres mendatang.

Kenapa?

Karena selama menjabat sebagai Presiden AS, Trump dianggap tidak begitu berhasil dalam kepemimpinannya. Bahkan, pria yang memiliki rambut khas seperti blonde ini sarat dengan "dosa" politik dan kontroversial. Hal ini diduga akan melemahkan posisinya pada pencalonan mendatang.

Bahkan di penghujung tahun 2019, Donald Trump sempat dihadapkan pada proses pemakzulan atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi Kongres AS.

Namun proses pemakzulan tersebut tidak terwujud, lantaran hasil perdebatan panjang antara partai Republik dengan Demokrat ang akhirnya berujung Voting itu dimenangkan pihak Trump yang dinaungi Partai Republik.

Diluar itu Trump juga dikenal sebagai presiden yang kerap mengeluarkan kebijakan kontroversi.

Berikut beberapa dosa atau kontroversi Trump selama menjabat presiden AS, seperti dikutip dari detikcom :

1. Skandal dengan Rusia

Skandal itu tentang keamanan nasional dan integritas sistem pemungutan suara Amerika.

Disebutkan pemerintah asing dapat ikut campur dalam pemilihan presiden untuk membantu satu kandidat agar berhasil menang. Hal itu adalah suatu pelanggaran yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Tim kampanye Trump pada 2016 berkolusi dengan Rusia untuk membantunya mengalahkan lawannya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.

2. Memecat Direktur FBI

Pada Mei 2017, Trump memecat Direktur Biro Penyelidik FBI James Comey.

"FBI berada dalam kekacauan total, karena kepemimpinan Comey yang buruk dan cara dia menangani penyelidikan penggunaan server pribadi Hillary Clinton untuk mengirim beberapa email pemerintah," ucap Trump di akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump, pada 12 Januari 2019.

James Comey dicopot dari jabatan Direktur Biro Penyelidik FBI karena diduga meretas akun e-mail seorang partisan.

3. Ucapan Kontroversi di Twitter
Donald Trump kerap berbicara kontroversi di Twitter. Bahkan Trump menggunakan tweet untuk mengolok-olok para pemimpin asing di masa-masa krisis dan menindas musuh politiknya di Kongres. Trump bahkan menuduh Obama yang dianggap telah mengganggunya di Trump Tower.

4. Yerusalem Ibu Kota Israel
Kebijakan ini juga tidak kalah kontroversinya. Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Bahkan Trump mengalihkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. 

Hal ini membuat banyak negara meradang dan menentang pernyataannya serta menolak besar-besaran.

Selain keempat dosa dan kontroversial Trump tersebut di atas, masih ada dua hal lagi yang boleh jadi akan menjadi tambahan dosa trump sebagai Presiden AS.

Pertama tentang masifnya penyebaran virus corona atau covid-19 di Amerika Serikat. Bahkan, negara ini menjadi negara paling parah di dunia. 

Jumlah kasus positif yang diakibatkan oleh virus asal Wuhan, China ini mencapai satu juta orang lebih, dengan kurang lebih 100 ribu jiwa diantaranya meninggal dunia.

Terdampak paling parahnya AS oleh virus corona ditenggarai oleh sikap Trump yang awalnya menganggap remeh atas keganasan virus ini.

Kedua adalah terkait perintah Trump terhadap aparat keamanan untuk menghalau para demonstran yang memprotes tentang isu rasisme. Banyak tudingan yang mengarah pada Trump bahwa dia sebagai pemimpin yang mendukung adanya rasisme di negaranya.

Isu dan demo besar-besaran yang terjadi di hampir negara bagian AS ini awalnya dipicu oleh kasus pembunuhan oleh oknum polisi Minneapolis terhadap salah seorang warga kulit hitam, George Floyd.

Kasus ini memantik protes warga kulit hitam untuk kemudian melebar pada isu rasisme, sehingga akhirnya terjadi kerusuhan dan tindakan anarkis lainnya.

Itulah sederet dosa dan kontroversial Donald Trump selama menjabat Presiden AS. Boleh jadi atas deretan dosa-dosanya ini akan dimanfaatkan oleh lawannya nanti yakni Joe Biden sebagai bahan kampanye untuk menjatuhkan Trump sehingga elektoralnya jeblok.

Apalagi menurut beberapa sumber yang pernah penulis baca, dukungan terhadap Trump dari pemilih kulit putih mulai terkikis. Hal ini diantaranya karena ulah Trump yang dikenal memiliki gaya kerja tidak menentu dan suka mengatakan pernyataan kontroversial melalui "jari saktinya" di twitter.

Akankah sederet "dosa" dan kontroversi Trump ini akan melemahkan posisinya pada pilpres 2020 mendatang? Bisa jadi. 

Tapi juga tidak menutup kemungkinan bahwa apapun bisa berubah di detik-detik akhir, seperti halnya terjadi pada 2106 silam.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun