Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akankah Sederet "Dosa" Ini Jadi Tiket Kekalahan Trump pada Pilpres AS?

8 Juni 2020   21:23 Diperbarui: 8 Juni 2020   21:40 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya saja, selain posisi petahana bisa menguntungkannya, juga boleh jadi bakal menjadi bom waktu yang bisa lebih merugikan dirinya pada pilpres mendatang.

Kenapa?

Karena selama menjabat sebagai Presiden AS, Trump dianggap tidak begitu berhasil dalam kepemimpinannya. Bahkan, pria yang memiliki rambut khas seperti blonde ini sarat dengan "dosa" politik dan kontroversial. Hal ini diduga akan melemahkan posisinya pada pencalonan mendatang.

Bahkan di penghujung tahun 2019, Donald Trump sempat dihadapkan pada proses pemakzulan atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi Kongres AS.

Namun proses pemakzulan tersebut tidak terwujud, lantaran hasil perdebatan panjang antara partai Republik dengan Demokrat ang akhirnya berujung Voting itu dimenangkan pihak Trump yang dinaungi Partai Republik.

Diluar itu Trump juga dikenal sebagai presiden yang kerap mengeluarkan kebijakan kontroversi.

Berikut beberapa dosa atau kontroversi Trump selama menjabat presiden AS, seperti dikutip dari detikcom :

1. Skandal dengan Rusia

Skandal itu tentang keamanan nasional dan integritas sistem pemungutan suara Amerika.

Disebutkan pemerintah asing dapat ikut campur dalam pemilihan presiden untuk membantu satu kandidat agar berhasil menang. Hal itu adalah suatu pelanggaran yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Tim kampanye Trump pada 2016 berkolusi dengan Rusia untuk membantunya mengalahkan lawannya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.

2. Memecat Direktur FBI

Pada Mei 2017, Trump memecat Direktur Biro Penyelidik FBI James Comey.

"FBI berada dalam kekacauan total, karena kepemimpinan Comey yang buruk dan cara dia menangani penyelidikan penggunaan server pribadi Hillary Clinton untuk mengirim beberapa email pemerintah," ucap Trump di akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump, pada 12 Januari 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun