Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo dan Menyoal Anies Jika Jadi Ketum Partai Gerindra

7 Juni 2020   19:57 Diperbarui: 7 Juni 2020   19:55 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HASIL rapat pimpinan nasional (Rapimnas) yang diselenggarakan secara virtual, seluruh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra se-tanah air sepakat akan kembali mengusung atau mencalonkan Prabowo Subianto menjadi Ketua Umum (Ketum) partai berlambang kepala burung garuda tersebut untuk periode 2020-2025.

Bak gayung bersambut, sepertinya Prabowo pun akan menerima keputusan tersebut. Apalagi, jabatan Ketum partai tidak akan berpengaruh pada jabatannya sebagai Menteri Pertahanan (Menhan). Karena, kali ini Presiden Joko Widodo tidak melarang para menterinya merangkap jabatan. 

Hal ini pula terjadi pada Menteri Koordinator perekonomian, Airlangga Hartarto, yang juga merangkap sebagai Ketum Partai Golkar.

Sangat beralasan jika ke-34 DPD se-Nusantara menginginkan mantan Danjend Kopasus tersebut kembali menahkodai Partai Gerindra. Pasalnya, selain seorang pendiri, Prabowo juga masih dianggap kader terbaik partai.

Dengan kata lain, Prabowo masih menjadi figur dominan di partai berlambang kepala burung garuda tersebut. Belum ada tokoh di Gerindra yang bisa menggantikannya. Karena Prabowo masih menjadi simbol utama Gerindra.

Dan, yang jauh lebih penting dari semua itu adalah tentunya menyangkut kepentingan partai dalam menyongsong pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) yang rencananya akan diselenggarakan pada akhir tahun.

Dalam hal ini, Partai Gerindra yang cukup banyak menurunkan para kadernya untuk bersaing dalam kontestasi pimpinan daerah masih sangat membutuhkan sosok Prabowo sebagai "penjaga" kondusifitas partai dan kadernya.

Dengan demikian, suara calon pemilih yang di akar rumput, khususnya yang datang dari kader partai masih tetap bulat. Tidak itu saja, para kandidat yang diusung tentunya akan lebih leluasa jika pada kampanyenya "menjual" atau mendompleng popularitas ketumnya.

Sementara kepentingan untuk Prabowo sendiri adalah jika dirinya masih menjabat sebagai Ketum Partai Gerindra, maka peluangnya untuk kembali mencalonkan diri pada Pilpres 2024 tetap terjaga.

Dengan alasan itulah maka besar kemungkinan bahwa Prabowo akan menerima mandat dan kembali memimpin Partai Gerindra periode 2020-2025.

Yang menjadi pertanyaannya, siapa yang bakal meneruskan tongkat estapet kepemimpinan partai Gerindra jika pada waktunya nanti Prabowo harus lengser dari jabatan. Sedangkan hingga saat ini tampaknya masih sangat sulit mencari kader yang mampu mengimbangi popularitas maupun kafasitasnya.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan menduga sejumlah nama berpotensi maju jika suatu waktu Prabowo lengser.

Sejumlah nama yang dimaksud Djayadi adala Sandiaga Uno, Ahmad Muzani, Fadli Zon, hingga Sufmi Dasco Ahmad. Bahkan, nama lain di luar Partai Gerindra seperti Anies Baswedan juga berpeluang menjadi pengisi kepemimpinan Partai Gerindra selanjutnya.

"Kalau Anies Baswedan masih meneruskan koalisinya dengan Prabowo dan Gerindra, dia juga potensial bisa menjadi penerus," ungkap Djayadi, Ahad (7/6/2020). Dikutip dari Republika.co.id

Jujur saja, pernyataan Djayadi ini bagi penulis sangat menarik. Karena walaubagaimanapun munculnya Anies Baswedan dalam jajatan kandidat calon pengganti Prabowo di kemudian hari merupakan pernyataan yang "out of the box".

Kenapa?

Karena, rasanya masih sangat sulit figur-figur di luar partai tiba-tiba dicalonkan menjadi Ketum Partai. Tentu saja, salah-salah akan terjadi ketidak harmonisan dalam tubuh partai itu sendiri. Alasannya sudah tidak jauh-jauh dari kepentingan politik.

Seperti diketahui, besar dan tumbuh berkembangnya partai yang berdiri pada 6 Februari 2008 tentu saja bukan hanya karena figur Prabowo seorang, melainkan banyak tokoh lainnya yang juga ikut berperan penting bahkan hingga berdarah-darah. 

Sebut saja tokoh-tokoh tersebut adalah Fadli Zon, Ahmad Muzani, Sumi Dasco atau Ahmad Riza Patria.

Rasanya naif jika tokoh-tokoh partai tersebut di atas tidak memiliki keinginan untuk meningkatkan karir politiknya. Pastinya jauh dalam lubuk hati mereka yang paling dalam berkeinginan suatu saat nanti bisa menggantikan posisi Prabowo Subianto.

Jadi, jika tiba-tiba Anies menjadi kandidat dan mampu memenangi persaingan, rasanya akan menyakitkan tokoh-tokoh partai yang sudah berjuang sejak awal.

Mereka ini kemungkinan besar akan menjadi duri dalam daging untuk "mengganggu" kedudukan Anies Baswedan. Ini jelas tidak akan sehat bagi keberlangsungan partai. Apalagi Anies menurut penulis tidak atau belum memiliki kharisma sekuat Prabowo, sehingga akan sulit bisa menyatukan kembali kekuatan yang ada jika terjadi perpecahan.

Namun, andai saja takdir mengharuskan Anies jadi Ketum Partai Gerindra, rasanya akan sangat menarik menunggu sepak terjangnya.

Menariknya tentu saja berkaca pada gaya kepemimpinan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta yang banyak dituding sebagai kepala daerah yang hanya pandai membangun narasi dan beretorika.

Kemungkinan jika jadi Ketum partai, kehandalannnya dalam membangun narasi dan beretorika akan semakin terasah. Dia akan terus berusaha tampil dan menyedot perhatian publik dengan segala intrik politiknya.

Bahkan mungkin Anies akan jauh lebih menjadi media darling dibanding saat ini. Karena dalam partai politik apalagi sebagai pucuk pimpinannya, kesempata untuk melakukan gebrakan-gebrakan yang bisa menyedot perhatian publik dan media terbuka lebar.

Tapi, ini hanya berandai-andai saja. Karena bagi penulis aian sangat sulit bagi Anies menjadi Ketum Gerindra selama tokoh-tokoh pembesar partai masih bercokol. Kecuali ada kejadian luar biasa di tubuh partai itu sendiri.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun