Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fahri Hamzah, Amien Rais, dan Syahwat Berkuasa

7 Mei 2020   04:10 Diperbarui: 7 Mei 2020   04:01 3190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


HABIS manis sepah dibuang, kira-kira begitulah pepatah yang tepat untuk menggambarkan dua tokoh politik tanah air. Yakni, Fahri Hamzah dan Amien Rais.

Fahri Hamzah sebelum bersama koleganya Anies Matta mendirikan Partai Gelora adalah merupakan pentolan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Bahkan, politisi kelahiran Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini merupakan salah seorang pendiri partai berlambang bulan sabit tersebut.

Namun, karena ada perseteruan serta paham politik Fahri sudah tidak lagi sejalan, dia pun akhirnya harus rela di depak dari partai yang telah membesarkan namanya di kancah politik nasional tersebut.

Senasib dengan Fahri Hamzah, siapa lagi kalau bukan Amien Rais. Dia pun harus rela didepak dari Partai Amanat Nasional (PAN). Bahkan mungkin nasib mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) lebih tragis.

Kenapa?

Karena siapapun maayarakat politik tanah air pasti tahu bahwa Amien Rais adalah sesepuh sekaligus pendiri partai berlambang bulan dan matahari tersebut pada tahun 1998 lalu. Atau hampir berbarengan dengan tonggak sejarah bangsa Indonesia baru (reformasi) setelah lepas dari cengkraman orde baru.

Wacana akan didepaknya Amien Rais memang sudah berhembus kencang, saat pada Kongres Nasional yang diselenggarakan di Kendari, Sulawesi Tenggra, pada bulan Pebruari 2020 lalu, Zulkifli Hasan (Zulhas) kembali terpilih menjadi Ketua Umum (Ketum) PAN untuk kedua kalinya berturut-turut.

Kemenangan Zulhas ini sekaligus menyingkirkan saingannya yang didukung penuh Amien Rais, Mulfachri Harahap.

Benar saja, saat PAN mengumumkan struktur susunan kepengurusan  Dewan Pengurus Pusat (DPP) periode 2020-2025, pada minggu terakhir di bulan Maret 2020, tidak ada nama Amien Rais dalam susunan pengurus.

Banyak yang menyangka, dengan didepaknya oleh partai yang didirikan olehnya sendiri, karir politik Amien Rais bakal tamat. Tentu saja anggapan tersebut bisa dipahami, mengingat usianya sudah tidak muda lagi.

Tapi siapa sangka, seperti halnya dengan Fahri Hamzah. Syahwat politik dan haus akan kekuasaan Amies Rais ternyata masih sangat tinggi.

Dalam hal ini, sudah kita ketahui bersama setelah dipecat dan tidak lagi menjadi anggota DPR, Fahri langsung bergerak cepat dan menjalin kerjasama dengan mantan Presiden PKS, Anis Matta untuk mendirikan partai baru. Untuk kemudian partai tersebut diberi nama partai Gelombang Rakyat (Gelora).

Sedangkan untuk Amien Rais sendiri memang hingga sekarang belum memiliki atau mendirikan partai baru. Namun, digadang-gadang salah seorang tokoh Muhamadiyah ini tengah serius mendirikan partai baru.

Bahkan seperti dilansir dari TEMPO.Co, dikatakan salah seorang pendiri PAN, Putra Jaya Husein, Rabu (6/5/2020), proses pendirian partai itu telah 70 persen. Menurut Putra Jaya mundurnya Hanafi Rais dalam kepengurusan PAN dan Fraksi PAN Dewan Perwakilan Rakyat  mempengaruhi percepatan pembentukan partai baru tersebut.

Putra Jaya juga berujar, Amien ketika mendirikan PAN bersama kawan-kawannya pada 1998 lalu memiliki tujuan idealisme. Namun saat ini telah "lari" dari tujuan tersebut.

Masih dilansir TEMPO.Co, menurutnya PAN dibangun untuk memperjuangkan kepentingan rakyat dan bangsa, bukan untuk kepentingan sekelompok orang yang ingin mendapatkan manfaat dari pengelolaan sebuah partai.

"Sekarang saya sebagai salah satu pendiri PAN masih bertanya-tanya, apa sih yang dilakukan PAN saat ini untuk bangsa, negara, dan rakyat? PAN selalu mengekor kepada siapa pun yang berkuasa. Kalau sekarang PAN sudah tidak bisa lagi menjadi tempat memperjuangkan kepentingan rakyat, maka butuh kendaraan baru," ujarnya.

Sah-sah saja jika Putra Jaya Husein berbicara tentang idealisme. Namun, tak bisa terbantahkan dalam politik itu selalu menganut azas bahwa tidak ada kawan atau lawan yang abadi. Tapi, kepentinganlah yang abadi.

Maksud kepentingan di sini tentu artinya sangat luas. Namun yang pasti adalah bagaimana agar politik maupun partai yang mereka anut, tempati atau naungi bisa bertahan dan banyak simpatisannya. Setelah itu, ujung-ujungnya bagaimana caranya menuju puncak kekuasaan.

Jadi dalam hal ini, baik Fahri Hamzah maupun Amien Rais begitu "ngotot" mendirikan partai politik, bagi penulis bukan semata-mata untuk kepentingan masyarakat luas. Melainkan demi melanggengkan eksistensi dirinya dalam kancah politik nasional dan berkuasa.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun