Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyoal Arah Pikir Jokowi soal Mudik Vs Pulang Kampung

23 April 2020   22:57 Diperbarui: 23 April 2020   23:11 1820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MEWABAHNYA virus corona atau covid-19 di tanah air, tidak hanya disibukan dengan tentang bagaimana caranya "mengusir" virus ini agar secepatnya enyah dari bumi nusantara, tetapi menciptakan intrik-intrik lainnya. Baik itu sosial, politik atau ekonomi.

Serunya, apapun hal yang berkaitan dengan wabah virus asal Kota Wuhan, Cina ini selalu menjadi bahan perbincangan menarik, diskusi, adu argumen hingga cibiran dan nyinyiran pihak lain.

Terbaru, publik sepertinya tengah disibukan dengan dua kata yang jadi trending topic di media sosial. Yakni, "mudik" dan "pulang kampung". Koq bisa? Apa menariknya dari kedua kata ini, toh intinya sama.

Jika kita yang mengutarakannya, boleh jadi tak ada seorangpun yang bakal peduli. Tapi, lain cerita jika yang mengutarakan kedua kata ini adalah orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Mudik dan pulang kampung menjadi perbincangan menarik, setelah semalam pada acara Mata Najwa yang dipandu oleh Najwa Sihab, mantan Gubernur DKI Jakarta ini menjelaskan bahwa mudik dan pulang kampung itu berbeda.

Menjadi menarik dan sedikit heboh, karena sebelumnya Presiden Jokowi sempat mengumumkan tentang larangan mudik bagi seluruh masyarakat tanah air. Tapi, tidak untuk masyarakat yang hendak pulang kampung.

Nah, karena hal itulah menjadi ramai di media sosial. Rata-rata warganet berpendapat bahwa mudik dan pulang kampung itu kembaran alias sama saja. Bagaimana bisa seorang kepala negara bisa sesembrono itu dan mengatakan bahwa mudik dan pulang kampung tersebut berbeda. Bedanya dimana? Toh sama-sama pulang ke daerah asal.

Kira-kira gambaran umumnya seperti itu yang dibicarakan warganet. Sehingga tak sedikit pernyataan Jokowi ini menjadi bahan cibiran mereka.

Benarkah Jokowi sembrono?

Saya rasa tidak juga. Sebab apa yang saya pahami dari acara talkshow yang ditayangkan tiap rabu malam itu, bedanya mudik dengan pulang kampung versi Jokowi hanya berlaku di masa pandemi virus corona saja.

Pulang kampung versi pandemi boleh jadi diartikan sebagai individu yang kembali ke daerah asalnya dengan waktu yang cukup lama atau bahkan mungkin untuk selamanya.

Pulang kampung ini diyakini bukan murni keinginannnya si individu dimaksud. Hanya saja terpaksa, sebab di tempat perantauannya atau kota besar, sudah tidak ada lagi yang bisa dikerjakan, sementara kebutuhan hidup terus mendesak. Ingat, lagi-lagi karena adanya pandemi covid-19.

Jadi, dengan kata lain, pulang kampung yang dimaksud Jokowi ini adalah intinya karena alasan ekonomi. Lebih baik mereka pulang kembali ke daerah asalnya daripada harus hidup susah di perantauan.

Sebab, jika individu-individu ini hidup berkecukupan di perantauannya belum tentu juga grusa-grusu meninggalkan tempat perantauannya untuk kembali ke kampung halaman.

Kan, mudik juga sama dengan pulang kampung? Betul, tidak akan ada yang menyangkalnya tentang hal ini.

Hanya saja, dalam kultur masyarakat +62, mudik biasanya dilakukan tiap menjelang hari-hari besar keagamaan, khususnya perayaan Idul Fitri.

Dalam mudik, bukan lagi faktor ekonomi yang menentukan atau mengharuskan mereka atau individu-individu itu pulang ke daerah asalnya. 

Sebab untuk urusan mudik, masyarakat super kaya pun sangat mungkin turut melakukannya guna mengunjungi keluarga besarnya, silaturahmi dan biasanya beramai-ramai. Dan, mereka kembali ke perantauan jika masa liburannya usai.

Nah, maksud Presiden Jokowi pulang kampung yang seperti inilah yang tidak diperbolehkan.

Lantas, jika pelarangan mudik ini karena berpotensi menyebarkan virus, terus apa bedanya dengan yang pulang kampung. Mereka juga boleh jadi berpotensi hal serupa. Pertanyaan ini pasti akan mengemukan.

Nah, inilah repotnya.

Padahal, jika pemerintah ingin bertindak tegas, harusnya jangan tanggung. Siapapun yang ingin mudik atau pulang kampung tetap dilarang. 

Hanya saja pasti ada konpensasi yang harus dibayar. Yakni memastikan jaminan hidup mereka yang terpaksa tidak bisa pulang kampung. Bagaimana pak Jokowi, sanggup?

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun