Otoritas-otoritas tertinggi di negara masing-masing sudah barang tentu sibuk dan "royal" menggelontorkan hingga ribuan triliunan rupiah untuk memerangi dan memutus rantai penyebaran virus asal Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China ini dan hampir tidak mendengar ada negara yang siap mengeluarkan uang cash untuk ekonomi.
Jika dipikir-pikir dan wabah virus ini makin menggila, boleh jadi situasi yang teejadi saat ini bakal lebih parah dari krisis ekonomi, karena pandemi covid-19 ini akan mampu memaksa semua aktivitas terhenti.
Celakanya hingga saat belum ada seorang ahli pun yang mampu menaksir kapan wabah virus ini akan berakhir. Selama ini yang terjadi hanya sebatas prediksi dengan hitung-hitungan yang masih sarat keraguan.
Jika sudah seperti ini, kemana kita berkeluh kesah dan siapa yang harus dipersalahkan?
Seperti balon yang ditiup sekuatnya dan sudah hampir sampai pada batasnya. Itulah keadaan yang mungkin terjadi sekarang. Kita tentunya tak berharap balon ini meletus.
Artinya, jangan sampai terjadi saat-saat virus corona mengucapkan "goodbye" alias sudah bisa mereda tapi ekonomi malah hancur. Kemungkinan hal ini akan memicu gejolak sosial yang maha dashyat.
Ini sempat terjadi di beberapa negara, otoritas tertinggi mereka gelisah karena warganya sudah mulai menjarah.
Pasalnya, masih untung dulu saat krisis ekonomi masyarakatnya hanya diminta untuk "mengencangkan ikat pinggang". Namun sekarang apa yang harus kencangkan?
Meski begitu, sekali lagi penulis masih sangat berharap bagi negara manapun di dunia, ketika guncangan gempa virus corona mereda, jangan sampai tsunami resesi ekonomi justru menggila.
Untuk Indonesia, mudah-mudahan semua ini bisa diantisipasi. Saat virus corona mereda, bangsa kita masih bisa menonggakan kepala, bahwa kita bisa melawati bencana ini dengan ekonominya tetap merdeka. Semoga
Salam