Selain itu, pada pertengahan Maret, Nauru menghentikan penerbangan ke Fiji, Kiribati, dan Kepulauan Marshall. Sedangkan rute Brisbane dikurangi dari seminggu tiga kali menjadi sekali tiap dua minggu.
Tidak cukup di situ, semua pendatang dari Australia (kebanyakan warga yang pulang kampung) diperintahkan dikarantina 14 hari di hotel dekat bandara. Dan jika ada pencari suaka, juga akan dikarantina setidaknya dua minggu.
Masih dilansir BBCnews Indonesia, menurut Presiden Lionel Aingimea, kebijakan itu disebut sebagai "tangkap dan kurung".
"Kami tahan penyakit itu di perbatasan," katanya. "Kami memakai bandara sebagai perbatasan, dan fasilitas transit sebagai bagian dari perbatasan".
Mereka yang dikarantina akan diperiksa setiap hari untuk mendeteksi gejala. Ketika ada yang demam, mereka akan diisolasi lebih jauh dan dites Covid-19. Hasilnya dicek di Australia, dan semuanya kembali dengan hasil negatif.
Sekalipun hidup dalam krisis, warga Nauru tetap "tenang dan sigap" kata presiden Aingimea.Â
Itulah langkah-langkah sigap yang dilakukan oleh otoritas tertinggi di Negara Nauru. Mereka benar-benar mempersiapkan sejak awal dengan membatasi bahkan menutup pergerakan dari luar negaranya.
Maaf, bukan maksud menyalahkan pemerintah Indonesia. Justru di saat pandemi virus corona tengah ramai mewabah di negara lain. Pada pertengahan Februari, Indonesia malah mempromosikan sektor pariwisata. Jelas ini berbanding terbalik dengan apa yang telah dilakukan Pemerintah Negara Nauru.
Nasi sudah menjadi bubur. Tinggal sekarang bagaimana caranya pemerintah Indonesia mampu memutus rantai penyebaran virus corona agar jangan sampai makin bergerak liar dan menjangkiti lebih banyak warga negara.
Salam