Apa yang terjadi?
Tak lama berselang  akhirnya muncul lagi cara baru yakni berupa pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan dibarengi darurat kesehatan, yang akhirnya dieksekusi pada
Masalahnya, penulis sejujurnya masih khawatir kalau PSBB ini juga tidak bisa berjalan efektif. Sebab, sama halnya dengan himbauan social distancing dan work from home, masih banyak masyarakat yang berkeliaran di luar rumah dan melakukan aktifitasnya seperti biasa.
Apalagi, kemarin, Kamis (2/3/20) Presiden Jokowi memutuskan tidak ada larangan mudik bagi masyarakat perantau yang selama ini tinggal di Jaboditabek.Â
Sekali lagi ini menunjukan inkonsistensi pemerintah, lantaran sebelumnya pemerintah telah mewanti-wanti terhadap masyarakat untuk tidak mudik.
Pertanyaannya, apakah putusan yang berubah-ubah ini adalah murni keputusan Presiden Jokowi atau  sebenarnya ada jurus racik khusus di belakangnya?
Kalau benar ada, siapa "koki dapur istana" tersebut dan apa kepentingannya?
Hipotesa sederhana penulis berpandangan, bahwa tentang himbauan atau aturan terkait penanganan virus corona yang seolah plin plan adalah testing the water yang diracik oleh "koki dapur istana". Dalam hal ini, para pembantu presiden.
Kenapa testing the water? Pasalnya, penulis melihat aturan yang diambil pemerintah cenderung bereksperimen dan terus meraba-meraba sambil melihat seperti apa hasilnya. Artinya, jika aturan pertama tidak berhasil, maka dipikirkan lagi aturan baru lainnya dan begitu sererusnya.
Tengok saja, asalnya Presiden Jokowi hanya cukup menggandeng BIN untuk menangani virus corona dengan istilah oprasi senyap. Sadar cara ini tidak berhasil, barulah muncul himbauan social distancing dan work from home. Namun, kembali cara ini tidak berjalan efektif, maka muncul barang baru yaitu PSBB dan darurat kesehatan.
Jika PSBB ini masih sama tidak berjalan efektif dan korban terus meningkat, tidak menutup kemungkinan akan ada lagi aturan baru dan terus seperti itu.