Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Memahami Jokowi Soal PSBB dan Tak Ada Larangan Mudik

2 April 2020   19:34 Diperbarui: 2 April 2020   20:11 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan tidak adanya larangan mudik, bagaimana PSBB sebagai upaya memutus rantai penyebaran virus corona bisa berjalan efektif jika masyarakat perantau yang ada di Jakarta dan sekitarnya dibebaskan berkeliaran di luar dan bergerombol.

Ya, bagaimana tidak bergerombol, mayoritas masyarakat Indonesia masih memakai alat transpormasi umum saat mudik. Bukankah ini berpotensi besar terjadinya penularan?

Betul, berbarengan dengan tidak adanya larangan mudik, Pemerintah Pusat dan daerah berkoordinasi untuk memastikan bahwa setiap orang yang mudik secara otomatis dilabeli status orang dalam pantauan (ODP).

Secara teori apa yang dikatakan Presiden Jokowi ataupun Luhut memang sangat mudah untuk diucapkan. Cuma dalam praktiknya, penulis yakin tidak sesederhana itu.

Dengan ribuan masyarakat pemudik menyebu daerah, bukan perkara gampang untuk memantau orang per orangnya. Belum lagi jika fasilitas di daerah tidak mendukung, tentunya hanya akan memperparah keadaan.

Kendati demikian, penulis coba memahami dengan hipotesa sederhana penulis terkait hal ini.

Dari cara Presiden Jokowi menyampaikan kata per katanya terkait tidak adanya larangan mudik yang penulis lihat pada acara kabar petang TV One, sama sekali tidak tampak lugas. Sebaliknya, seperti penuh dengan keragu-raguan.

Dalam hal ini penulis berpikir, dalam hati yang terdalam, Presiden Jokowi sebenarnya tidak ingin hal ini terjadi. Karena, dia meyakini akan resikonya jika terjadi arus mudik.

Namun, kembali apapun yang terjadi negeri ini selalu tidak lepas dari berbagai kepentingan, baik itu politik, ekonomi maupun sosial. Nah, karena adanya dorongan kepentingan inilah, Presiden Jokowi terpaksa mengijikan warganya untuk mudik.

Pertanyaannya, kepentingan mana yang bisa memaksa Presiden Jokowi akhirnya mengijinkan adanya arus mudik?

Inilah yang sulit dijawab. Sebab kalau kepentingan politik, rasanya kecil kemungkinan. Presiden Jokowi sudah tidak akan lagi mencalonkan diri pada Pilpres mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun