Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jumlah Kasus Covid-19 Italia Tembus 100 Ribu dan 10.023 Kematian

29 Maret 2020   17:45 Diperbarui: 30 Maret 2020   13:34 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


LUAR biasa keganasan wabah pandemi virus corona (covid-19) di Italia. Tiap hari terus terjadi peningkatan jumlah kasus signifikan yang diakibatkan virus asal Wuhan, Provinsi Hubei, China ini.

Parahnya, peningkatan kasus positif ini juga diiringi dengan kenaikan angka kematian yang tidak kalah tinggi pula tiap harinya.

Jumlah kasus positif di Italia hingga Minggu (29/3) mencapai 100 ribu lebih. Sedangkan untuk jumlah kematian sendiri mencapai 10 ribu lebih atau tepatnya 10.023 jiwa. (Wartakota.com)

Ngeri dan tragis atas apa yang terjadi di Negara kelahiran pimpinan Pasis, Mussolini ini. Betapa tidak, China sendiri sebagai negara asal usul merebaknya virus corona juga tidak mencapai jumlah kasus positif dan kematian separah Italia.

Di Negeri Panda ini, sejak ditemukannya wabah virus corona pada akhir Desember 2019 lalu, jumlah kasus positif hanya menyentuh angka 81 ribu lebih. Sedangkan angka kematiannya sebanyak tiga ribuan lebih. Bahkan untuk angka kematiannya, China juga masih kalah oleh Spanyol yang sudah melampaui angka 5 ribu jiwa lebih.

Dengan kondisi atau jumlah peningkatan kasus positif serta kematian yang diakibatkan virus corona tiap harinya, tampaknya sama sekali belum ada tanda-tanda kalau musibah pandemi virus covid-19 ini akan segera berakhir.

Padahal, seperti dilansir CNNIndonesia otoritas tertinggi negara asal legenda hidup Moto GP, Valentino Rossi ini telah mengerahkan segala upaya untuk memutus mata rantai penyebaran virus amat mematikan dimaksud. Termasuk cara paling ekstreem, yakni penerapan lockdown secara menyeluruh di seantero negara tersebut.

Namun, akibat lemahnya tingkat kedisiplinan warga dan terkesan meremehkan terhadap wabah virus corona serta tingginya populasi lansia, seperti pernah diungkapkan Wakil Presiden Palang Merah China, Sun Shuopeng, menyebabkan Italia menjadi sarang baru virus corona.

Masih dilansir CNNIndonesia, dalam situasi yang tidak menentu dan kian mengkhawatirkan ini otoritas tertinggi Italia akhirnya tetap meliburkan atau memaksa siswa untuk tetap belajar di rumah hingga 3 April 2020.

"Jelas bahwa penangguhan kegiatan sekolah akan berlanjut, "kata Perdana manteri Italia, Giuseppe Conte

Conte juga memutuskan untuk menunda kegiatan produksi yang tidak penting. 

"Kami tahu langkah ini memiliki dampak besar, sangat mahal, tetapi prioritas kami adalah kesehatan dan keselamatan warga," kata Conte.

Angka Kasus Terus Melonjak Di Indonesia

Lonjakan angka kasus positif yang terinfeksi oleh virus corona tidak hanya terjadi di Italia dan beberapa negara lainnya. Di Indonesia pun, tiap harinya jumlah kasus positif virus corona terus meningkat.

Seperti update terakhir yang penulis saksikan langsung pada acara breaking news Kompas TV, pukul 15. 30 WIB, Juru Bicara Pemerintah khusus penanganan virus corona menyampaikan, per hari Minggu (29/3/20) jumlag kasus positif mencapai 1.285 jiwa, dengan 114 orang diantaranya meninggal dunia dan yang dinyatakan telah sembuh adalah 64 orang.

Dengan demikian, jumlah kasus positif virus corona ini bertambah 130 orang dari hari kemarin yang berada dianggka 1.155. pun dengan dengan jumlah angka kematian ada kenaikan 12 orang dari asalnya 102 jiwa. Patut disukuri, jumlah yang sembuh pun ada penambahan 5 orang. Sebelumnya jumlah angka yang sembuh berjumlah 59 orang.

Pada kesempatan press confrence yang penulis saksikan di Kompas TV, Acmad Yuri juga tak henti-hentinya menghimbau terhadap seluruh warga masyarakat di tanah air untuk tetap menjaga jarak dalam interaksi sosial atau social distancing dan tetap bekerja, belajar dan beribadah di rumah alias working from home.

Bukan Tidak Disiplin Tapi Didesak Kebutuhan

Sejak merebaknya penyebaran virus corona di tanah air, pemerintah langsung mengambil beberapa langkah kebijakan. Misalnya menutup segala pasilitas umum seperti tempat-tempat rekreasi, dan tempat lain yang berpotensi banyak kerumuman warga, meliburkan atau menutup kegiatan belajar mengajar di sekolah baik formal atau non formal.

Bahkan, untuk dunia pendidikan, Presiden Jokowi lewat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan meniadakan Ujian Nasional (UN) untuk tahun 2020 ini, dari tingkatan SD hingga SLTA.

Tak cukup sampai di situ, dalam upayanya memutus rantai penyebaran virus corona, pemerintah pun terus-terusan menghimbau pada seluruh lapisan masyarakat untuk mengurangi aktifitas di luar rumah dengan cara social distancing dan work from home.

Sebenarnya, cara-cara ini jika diterapkan dengan sungguh-sungguh boleh jadi efektif bisa meminimalisir penyebaran virus corona. Namun, realita di lapangan masih saja terjadi lalu lalang aktifitas masyarakat seolah tidak mengindahkan himbauan pemerintah dimaksud. 

Termasuk, jujur saja hal ini masih terjadi dan terus terjadi di kota kelahiran penulis, Sumedang, Jawa Barat.

Kenapa?

Kalau penulis amati, mayoritas dari masyarakat yang kerap melakukan aktifitas di luar rumah ini adalah mereka-mereka yang mancari mata pencaharian demi bisa menutupi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Meski tidak serius, penulis sempat ngobrol dengan beberapa diantaranya. Sebenarnya mereka bukan tidak paham dan tidak tahu akan adanya himbauan pemerintah tersebut. Mereka sangat ingin berada di rumah karena bagaimanapun virus ini sangat membahayakan.

Namun, diluar daripada itu, urusan perut ternyata jauh lebih penting. Makanya mereka terpaksa tidak disiplin atau tidak mengundahkan anjuran pemerintah dimaksud. 

Sebenarnya, mereka juga khawatir. Apalagi, dalam sepekan terakhir begitu banyak para pemudik prematur dari Jakarta yang pulang ke kampung halamannya di Sumedang.

Jadi, dengan demikian perlu adanya strategi khusus dari pemerintah baik pusat maupun daerah. 

Bagaimana caranya social distancing dan work from home bisa di taati dengan baik. Namun, di sisi lain kebutuhan mereka juga tercukupi selama mereka berada di rumahnya masing-masing.

Sebab kalau tidak, penulis yakin, himbauan social distancing dan work from home, hanya akan dijadikan angin lalu oleh para warga masyarakat yang masih mengandalkan kehidupannya dari hasil harian.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun