Tak cukup sampai di situ, dalam upayanya memutus rantai penyebaran virus corona, pemerintah pun terus-terusan menghimbau pada seluruh lapisan masyarakat untuk mengurangi aktifitas di luar rumah dengan cara social distancing dan work from home.
Sebenarnya, cara-cara ini jika diterapkan dengan sungguh-sungguh boleh jadi efektif bisa meminimalisir penyebaran virus corona. Namun, realita di lapangan masih saja terjadi lalu lalang aktifitas masyarakat seolah tidak mengindahkan himbauan pemerintah dimaksud.Â
Termasuk, jujur saja hal ini masih terjadi dan terus terjadi di kota kelahiran penulis, Sumedang, Jawa Barat.
Kenapa?
Kalau penulis amati, mayoritas dari masyarakat yang kerap melakukan aktifitas di luar rumah ini adalah mereka-mereka yang mancari mata pencaharian demi bisa menutupi kebutuhan ekonomi keluarganya.
Meski tidak serius, penulis sempat ngobrol dengan beberapa diantaranya. Sebenarnya mereka bukan tidak paham dan tidak tahu akan adanya himbauan pemerintah tersebut. Mereka sangat ingin berada di rumah karena bagaimanapun virus ini sangat membahayakan.
Namun, diluar daripada itu, urusan perut ternyata jauh lebih penting. Makanya mereka terpaksa tidak disiplin atau tidak mengundahkan anjuran pemerintah dimaksud.Â
Sebenarnya, mereka juga khawatir. Apalagi, dalam sepekan terakhir begitu banyak para pemudik prematur dari Jakarta yang pulang ke kampung halamannya di Sumedang.
Jadi, dengan demikian perlu adanya strategi khusus dari pemerintah baik pusat maupun daerah.Â
Bagaimana caranya social distancing dan work from home bisa di taati dengan baik. Namun, di sisi lain kebutuhan mereka juga tercukupi selama mereka berada di rumahnya masing-masing.
Sebab kalau tidak, penulis yakin, himbauan social distancing dan work from home, hanya akan dijadikan angin lalu oleh para warga masyarakat yang masih mengandalkan kehidupannya dari hasil harian.