Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jadikan Pelajaran Oleh Indonesia! 4 Alasan Ini Jadikan Kasus Covid-19 di AS Lampaui China

28 Maret 2020   01:11 Diperbarui: 30 Maret 2020   14:27 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


HINGGA hari Sabtu, 28 Maret 2020, bisa disebut epicentrum pandemi virus corona (covid-19) bukan lagi milik China, melainkan Amerika Serikat (AS).

Betapa tidak, saat ini jumlah kasus yang terkomfirmasi positif terinfeksi virus corona di Negara Paman Sam tersebut sudah melebihi angka 85 ribu. Sementara China, sebagai negara asal usul virus mematikan itu hanya mencapai angka 81 ribu lebih.

Perlu di catat, jumlah kasus positif terinfeksi virus corona di Negeri Panda kemungkinan besar tidak akan bertambah lagi, mengingat mereka mampu lepas dari periode puncak penyebaran. 

Sedangkan di sisi lain, Negara yang dikomandai Donald Trump itu baru memasuki fase-fase kritis. Dengan kata lain, jumlah kasus positif virus corona di AS kemungkinan akan terus bertambah.

Dengan kondisi penyebaran virus yang telah menelan lebih dari 20 ribu korban jiwa seluruh dunia ini semakin merajalela, akhirnya memaksa AS menerapkan lockdown di beberapa wilayah, guna memutus mata rantai penyebaran virus covid-19.

Tak hanya itu, sebagaimana terjadi di negara-negara lain yang terdampak penyebaran virus corona, rumah sakit di AS juga kewalahan akibat banyak pasien covid-19.

Pertanyaannya sekarang, apa yang menyebabkan Amerika Serikat menjadi negara yang paling tinggi jumlah kasus positif virus corona?

Seperti dilansir Wartaekonomi.co.id, penyebab jumlah kasus di AS mampu melampaui China adalah :

Pertama, New York menjadi pusat penyebaran virus corona. Hal ini terindentifikasi setelah dilakukan pemeriksaan covid-19, dan hasilnya puluhan ribu warga di sana terkomfirmasi positif dengan mengalami gejala ringan seperti demam dan pneumonia.

Selain itu penyebab lainnya adalah kurangnya ventilator atau sejenis mesin yang berfungsi untuk membantu pernafasan. 

Alat ini sering kali dibutuhkan oleh pasien yang tidak dapat bernapas sendiri. Tujuan penggunaan alat ini adalah agar pasien mendapat asupan oksigen yang cukup. Sayang, karena kewalahannya, satu ventilator digunakan oleh dua pasien.

Lalu, masih dilansir Wartaekonomi.co.id, alasan berikutnya adalah distribusi alat uji lamban. 

Menurut laporan USA Today, di Naples, sebuah kota di barat daya Florida yang memiliki penduduk dengan rata-rata usia 66 tahun, sebuah rumah sakit tiba-tiba menghentikan tempat pengujian drive-through mereka karena kehabisan alat uji.

Dokter di Winter Haven, sebuah kota di Florida Tengah harus menunggu hingga 10 hari untuk mendapatkan hasil tes COVID-19.

Dan yang terakhir adalah Donald Trump enggan menerapkan lockdown secara menyeluruh. Alasannya langkah tersebut berlebihan.

Nah itulah empat alasan kenapa jumlah kasus positif di Amerika Serikat sangat tinggi hingga mampu melampaui jumlah kasus di negara asal-usul virus corona, yaitu China.

Pelajaran Bagi Indonesia

Apa yang menimpa Amerika Serikat terkait tingginya jumlah kasus positif virus corona, tentu saja jangan sampai terjadi di tanah air. Naudzubilah hi mindzalik.

Namun, kalau hanya sekedar tidak ingin seperti AS saja tidak cukup. Pemerintah harus bisa memetik pelajaran dari apa yang terjadi Amerika. 

Artinya keempat alasan yang menyebabkan terjadinya lonjakan jumlah kasus positif virus corona di AS tersebut harus dipikirkan oleh pemerintah agar jangan sampai terjadi.

Setidaknya tentang masalah ventilator, dan alat uji virus corona harus bisa dipastikan cukup dan memadai. Karena kalau bicara alasan tentang wilayah sumber sebaran terbanyak, pastinya pemerintah sudah bisa mengindentifikasinya. Jakarta adalah satunya.

Sedangkan terkait lockdown, memang patut diakui, hingga hari ini pemerintah atau Presiden Jokowi masih percaya dengan langkah dan kebijakan yang diambilnya. 

Yaitu, social distancing dan work from home. Meski hasilnya belum menampakan hasil positif. Sebab, sejak diterapkan kebijakan tersebut, jumlah kasus positif corona di tanah air tetap saja terus bertambah dengan signifikan.

Hingga hari Jumat, (27/3), menurut rilis data pemerintah yang disampaikan oleh Juru Bicara khusus penanganan virus corona, Achmad Yurianto, jumlah kasus positif virus corona di tanah air mencapai 1.046 orang dengan diantaranya 87 meninggal dunia dan 46 orang telah dinyatakan sembuh.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun