HINGGA hari Sabtu, 28 Maret 2020, bisa disebut epicentrum pandemi virus corona (covid-19) bukan lagi milik China, melainkan Amerika Serikat (AS).
Betapa tidak, saat ini jumlah kasus yang terkomfirmasi positif terinfeksi virus corona di Negara Paman Sam tersebut sudah melebihi angka 85 ribu. Sementara China, sebagai negara asal usul virus mematikan itu hanya mencapai angka 81 ribu lebih.
Perlu di catat, jumlah kasus positif terinfeksi virus corona di Negeri Panda kemungkinan besar tidak akan bertambah lagi, mengingat mereka mampu lepas dari periode puncak penyebaran.Â
Sedangkan di sisi lain, Negara yang dikomandai Donald Trump itu baru memasuki fase-fase kritis. Dengan kata lain, jumlah kasus positif virus corona di AS kemungkinan akan terus bertambah.
Dengan kondisi penyebaran virus yang telah menelan lebih dari 20 ribu korban jiwa seluruh dunia ini semakin merajalela, akhirnya memaksa AS menerapkan lockdown di beberapa wilayah, guna memutus mata rantai penyebaran virus covid-19.
Tak hanya itu, sebagaimana terjadi di negara-negara lain yang terdampak penyebaran virus corona, rumah sakit di AS juga kewalahan akibat banyak pasien covid-19.
Pertanyaannya sekarang, apa yang menyebabkan Amerika Serikat menjadi negara yang paling tinggi jumlah kasus positif virus corona?
Seperti dilansir Wartaekonomi.co.id, penyebab jumlah kasus di AS mampu melampaui China adalah :
Pertama, New York menjadi pusat penyebaran virus corona. Hal ini terindentifikasi setelah dilakukan pemeriksaan covid-19, dan hasilnya puluhan ribu warga di sana terkomfirmasi positif dengan mengalami gejala ringan seperti demam dan pneumonia.
Selain itu penyebab lainnya adalah kurangnya ventilator atau sejenis mesin yang berfungsi untuk membantu pernafasan.Â
Alat ini sering kali dibutuhkan oleh pasien yang tidak dapat bernapas sendiri. Tujuan penggunaan alat ini adalah agar pasien mendapat asupan oksigen yang cukup. Sayang, karena kewalahannya, satu ventilator digunakan oleh dua pasien.