Tapi, terlepas itu semua, tetap penulis penasaran apa sebenarnya maksud Fadli Zon terus-terusan nyinyir terhadap pemerintah dan Presiden Jokowi.Â
Padahal bagaimanapun partainya saat ini telah menjadi bagian dari koalisi pemerintah dan kedua rasa penasaran penulis juga menyasar terhadap Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum Partai, masih tetap saja santuy atas tingkah polah anak buahnya.
Dalam hipotesa sederhana penulis, setidaknya ada dua hal yang menyebabkan Fadli Zon tetap tidak bisa memberhentikan kebiasaan nyinyirnya.
Pertama, masih tetap nyinyirnya Fadli Zon adalah hidden agenda dari Partai Gerindra sendiri yang ingin berdiri pada dua kaki.
Maksudnya, meski posisinya saat ini menjadi partai koalisi pemerintah, Gerindra juga tidak ingin menghilangkan fungsi kontrolnya terhadap pemerintah. Dengan begitu, kepercayaan rakyat, khususnya konstituen pendukung Gerindra yang sempat memantik pro kontra, saat Prabowo memutuskan bergabung dengan pemerintah bisa diyakinkan bahwa partainya tetap kritis.
Nah, orang yang dianggap tepat untuk mengritisi itu adalah Fadli Zon. Sebab sebelumnya dia lah yang paling vokal. Hanya saja, kecenderungan kritis Fadli ini malah terkesan nyinyir.
Kedua, sebagai bentuk pembuktian diri atas anggapan masyarakat, bahwa seiring bergabungnya Gerindra dengan koalisi pemerintah, tak sedikit yang memperkirakan bahwa Fadli Zon akan menjadi "anak manis".
Dalam hal ini, Fadli Zon ingin membuktikan bahwa segala prasangka masyarakat itu salah. Dibuktikan, hingga detik ini dia masih tetap kritis meski partainya sudah bukan oposisi lagi.
Pertanyaan kemudian, kenapa Prabowo masih tetap santuy alias enggan memberikan sanksi atau teguran atas polah anak buahnya ini?
Ada beberapa hal yang dimungkinkan jadi alasannya. Pertama memang itu sebagian dari hidden agenda partai seperti penulis sebutkan di atas. Kedua, Prabowo tidak bisa berbuat banyak, mengingat Fadli adalah orang kepercayaannya dulu dan turut bersama-sama membesarkan partai dari nol. Sehingga kartu As partai termasuk Prabowo sendiri telah Fadli kantongi.
Dengan demikian, bukan perkara mudah bagi Prabowo memberikan teguran apalagi menjatuhkan sanksi. Karena dampaknya akan tidak baik bagi kondusifitas partai Gerindra. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan terjadi perpecahan jika kedua pentolan partai berlambang kepala burung Garuda ini berseteru.