Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Perawat Pasien Corona, Tak Ada APD, Jas Hujan pun Jadi

20 Maret 2020   22:38 Diperbarui: 20 Maret 2020   23:13 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


BEBERAPA waktu lalu ada berita cukup menghebohkan sekaligus miris, bahwa ada beberapa dokter dan perawat di beberapa daerah yang tengah menangani pasien suspect virus corona (covid-19) tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan standar kesehatan seharusnya.

Dalam hal ini, para dokter atau perawat yang ada pada garda terdepan dalam tugas mulianya menyelamatkan pasien-pasien terindikasi positif virus corona atau Pasien dalam penanganan (PDP) ini malah menggunakan alat pelindung seadanya dengan memanfaatkan jas hujan.

Timbul banyak pertanyaan dari sejumlah pihak. Apakah hal janggal tersebut merupakan kesengajaan atau ada hal lainnya.

Sebab, diakui ataupun tidak, saat para dokter atau perawat diharuskan melindungi dirinya dengan segala perangkat yang dijamin keamanannya agar tidak mudah terpapar virus asal Wuhan, Provinsi Hubei, China dimaksud. Justru di beberapa daerah di tanah air malah menggunakan alat pelindung seadanya. Yakni menggunakan jas hujan.

Padahal, para dokter dan perawat ini benar-benar dihadapkan pada tugas maha berat. Selain dituntut bisa menyembuhkan pasiennya, juga harus bisa melindungi dirinya sendiri.

Nah, jika alat pelindung yang dipakainya ini dari bahan atau bukan perangkat yang semestinya, apa tidak malah mengancam keselamatan si perawat itu sendiri.

Jadi, apapun alasannya berita tentang adanya para dokter dan perawat mengenakan jas hujan dalam penanganan pasien virus corona jelas sangat memprihatinkan.

Betapa tidak, di saat kita sedang berhadapan dengan masalah serius yaitu ancaman virus corona, para pekerja lapangan yang berhadapan langsung dengan pasien "dipaksa" bekerja dalam keterbatasan.

Boleh jadi, para dokter dan perawat ini dengan ikhlas dan sukarela dalam menjalankan tugasnya. Tapi, tetap saja tidak bisa dibiarkan, karena kemungkinan besar berpotensi terjadi penyebaran terhadap diri si perawat.

Salah satu Rumah Sakit yang terpaksa memanfaatkan jas hujan sebagai alat pelindung diri tersebut adalah RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

Lantas kenapa hal memprihatinkan ini bisa terjadi, apakah memang pihak pemerintah tidak menyediakan stock yang cukup untuk para dokter dan perawat suspect virus corona atau memang stocknya habis atau malah untuk gaya-gayaan?

Dilansir Suara.com, Direktur Utama (Dirut) RSUD Sekarwangi Albani Nasution dalam Konferensi Pers di Pendopo Sukabumi, Kamis (19/3/2020), menjelaskan bahwa para perawat terpaksa menggunakan jas hujan dalam merawat pasien dalam Penanganan (PDP) karena persediaan APD yang terstandarisasi di RSUD Sekarwangi yang kini menjadi rujukan regional dalam penanganan pandemi COVID-19 sudah sangat terbatas.

"Sekali masuk pasien itu kurang lebih ada 6 APD yang terpakai. Untuk RSUD Sekarwangi, APD ini memang hampir habis. Kami sudah mencoba dengan berbagai macam saluran, baik ke Dinas Kesahatan Kabupaten ataupun Provinsi, tapi memang di pasaran juga sangat langka dan harganya cukup mahal. Biasanya sekitar Rp 300.000, sekarang bisa mencapai Rp 900.000," jelas Albani.

Oleh karena itu, sambungnya, pihak RSUD Sekarwangi berkreasi menggunakan jas hujan, yang memang bisa menutupi kondisi para tenaga kesehatan ketika melakukan penanganan pasien. Bahkan, kata Albani, menurut beberapa orang yang spesialis, jas hujan memang dianjurkan, sebab memiliki bahan yang lebih tahan karena terbuat dari plastik, walaupun memang lebih panas.

"Tapi kalau dilihat dari pengertian APD, itu sangat efektif. Malah saya bilang cukup keren, karena warnanya ada yang merah atau biru. Tapi yang harus teman-teman lihat adalah ini dalam rangka kita untuk memastikan pasien ini benar PDP atau bukan. Karena kalau dia PDP itu perlakuannya berbeda," jelas Albani.

Ada dua hal yang bisa penulis tangkap dari penjelasan dokter Albani terkait memanfaatkan jas hujan sebagai alat pelindung diri.

Pertama, ini sebuah bukti kongkrir totalitas dari dokter dan perawat yang ada di Rumah Sakit Sekarwangi dalam menjalankan tugasnya selaku pelayan masyarakat.

Dalam hal ini, segala keterbatasan tidak menjadi halangan buat mereka bekerja semaksimal mungkin dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia, meski beresiko tinggi. Hanya satu kata yang bisa penulis ungkapkan buat mereka, SALUT!!!

Sedangkan yang kedua adalah miris. Ya, miris terhadap pemerintah yang ternyata belum bisa maksimal dalam hal pemberian perlindungan para dokter dan perawat pasien virus corona. Padahal dalam situasi segenting ini, merekalah pahlawan-pahlawan bangsa ini yang patut diberi segala fasilitas yang dibutuhkan agar tugasnya bisa berjalan maksimal.

Penulis hanya bisa berharap, kejadian yang memprihatinkan ini segera bisa ditangani pemerintah agar kedepannya tidak lagi kejadian seperti ini.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun