"Dampak ekonominya agak sukar dihitung karena kita belum tahu berapa lama (jika lockdown) akan terjadi. Lockdown-nya misalnya seminggu, dua minggu, sebulan, beda hasilnya. Kalau dilakukan di Jakarta akan cukup signifikan pengaruhnya karena porsi Jakarta terhadap ekonomi nasional besar. 75% peredaran uang kan adanya di Jakarta, Jabodetabek," sebutnya.
Meski begitu, pengaruh pertumbuhan ekonomi di tengah situasi saat ini dianggapnya tidak masalah. Mengingat hampir semua negara mengalami penurunan ekonomi akibat virus corona ini.
"Dampaknya karena arus barang jasa itu nggak jalan, nggak lancar, itu pengaruh ke pertumbuhan (ekonomi). Tapi kan seluruh negara mengalami, jadi nggak masalah dari sisi supply turun, demand-nya juga turun itu pengaruh ke pertumbuhan ekonomi. Bukan sesuatu yang aneh karena seluruh dunia mengalami hal yang sama," kata David.
Jadi, mengingat permasalahan di atas, tentunya kita tidak berharap lolos dari "cengkraman" virus covid-19, namun timbul masalah baru. Bisa jadi, karena didesak oleh kebutuhan, warga masyarakat bisa saja berbuat nekad dan anarkis guna mencukupi kebutuhannya tersebut. Jelas hal ini tidak diinginkan, bukan?
Jadi, bagi siapa saja yang terus-terusan meneriakan lockdown, penulis mohon bersabarlah dulu sambil menunggu perkembangan selanjutnya. Biarkan pemerintah bekerja sambil menghitung untung ruginya pemberlakukan lockdown.
Penulis yakin, jika memang itu perlu dilakukan, lockdown pasti terjadi. Tapi, di saat bersamaan pemerintah juga telah siap dengan segala konsekuensinya agar masyarakat tidak terjebak dalam kesulitan hidup.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H