Saat itu nama Anies bisa disebut tenggelam dibandingkan dengan Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok yang hangat dibicarakan hampir semua kalangan.Â
Penyebabnya adalah pengumuman Presiden Jokowi yang memasukan nama Ahok sebagai satu dari empat kandidat Kepala Badan Otoritas Ibu Kota Negara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
Dampak dari pengumuman itu, hampir tiap hari nama Ahok menghiasi beragam media massa, baik online, medsos maupun elektronik. Tentu, pembahasannya tidak melulu tentang kesiapan dan kesigapan Ahok jika dipilih Jokowi. Tapi terkait persteruan panjang antara Ahok dengam Persaudaraan Alumni 212.
Sementara Anies, bisa disebut makin terpojokan dengan bencana banjir yang terus-terusan terjadi di Jakarta pada jelang akhir bulan Februari 2020. Ibarat kata, saat itu nama Anies berada di bawah bayang-bayang Ahok.
Anies Kembali Temukan Momentum Positif
Sebenarnya mungkin tidak banyak yang menyangka jika nama Anies yang terus-terusan mendapat sentimen negatif dari publik bisa kembali menemukan momentumnya kembali sebagai seorang pemimpin yang "dielu-elukan" rakyatnya.
Kebijakan (politik) yang diambil Anies kali ini terkait cara penanganan dan pencegahan virus covid-19 dianggap oase di tengah kegamangan pemerintah pusat dalam menentukan sikap. Tindakan Anies ini juga dianggap sebagai tindakan yang seharusnya dilakukan seorang pemimpin.
Bahkan, Sekretaris Jendral Partai Demokrat, Hinca Panjaitan menghimbau pemerintah pusat bisa melakukan langkah-langkah transparan seperti yang diterapkan Anies di DKI Jakarta.
"Pemerintah harus terbuka, pemerintah harus aware dan cepat. Kita menghormati dan menghargai apa yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta yang tanggap dan kita ingin seperti itulah dilakukan," kata Hinca di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Jumat (13/3). (Dailynews - Jakarta).