Ahok pun terpaksa menjalani hukuman penjara selama 1 tahun 8 bulan 15 hari, di tahanan Mako Brimob, Kelapa dua, Bogor, Jawa Barat. (Detikcom).
Itulah perjalanan dan pertarungan antara Anies dan Ahok. Anies Baswedan yang jauh sebelumnya tidak diunggulkan malah mampu mempecundangi Ahok dan melenggang mulus duduk di kursi empuk ibu kota negara sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.
Dalam perjalananannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies yang akhirnya "bercerai" dengan pasangannya. Sandiaga Uno harus mendampingi Prabowo Subianto Pilpres 2019. Ujian demi ujian dan serangan bertubi-tubi dari publik dan warganet seolah menjadi menu tetap Anies Baswedan.
Hal itu tidak lepas dari beberapa kebijakannya dianggap tidak sesuai, termasuk bencana banjir yang terus-terusan mengepung Jakarta. Konsep naturalisasi yang dia jagokan ternyata hanya sebatas wacana dan tidak mampu membebaskan Jakarta dari kepungan banjir.
Meski begitu, segala hujatan, nyinyiran dan kritikan tersebut kebanyakan hanya ramai di jagat maya atau media sosial.
Jelas, ini berbeda pada waktu jaman Ahok, yang sewaktu menjabatnya begitu banyak serangan aksi termasuk dua aksi yang hingga saat ini masih diingat penulis, yaitu  aksi ratusan ribu massa pada 4 November 2016 (gerakan 411) dan 2 Desember pada tahun yang sama (gerakan 212).
Kedua aksi massa besar-besaran tersebut, menuntut Ahok turun dari jabatannya selaku Gubernur DKI Jakarta dan menuntut proses hukum atas tuduhan penistaan agama.
Begitulah gambaran politik Jakarta saat itu, dimana Anies akhirnya mampu mempercundangi seorang kandidat kuat.Â
Meski kemenangan Anies itu pun tidak lepas dari kontribusi dua aksi besar dan jangan lupa pula peranan AHY yang mampu memecah suara pemilih Jakarta pada putaran pertama Pilgub DKI 2017.
Ahok Kembali Kuasai Ibu Kota?
Hampir 3 tahun semenjak pelantikan, Anies menjadi penguasa ibu kota. Selama ini pro kontra terhadap kepemimpinannya terus saling bersahutan tiada henti hingga sekarang.