Bahkan, dari situlah isu berkembang bahwa Presiden Jokowi tengah coba menjajaki jalan untuk membuat dinasti politiknya. Karena harap diketahui, tidak hanya putra sulungnya yang bakal nyalon Pilkada, menantu dan kerabatnya juga malakukan hal serupa di daerahnya masing-masing.
Tapi, langkah Gibran untuk maju pada Pilwakot Solo tidak begitu mulus. Ayah Jhan Ethes ini ditolak Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Kota Solo, dengan alasan telah lebih dulu mengusung calon lain, yakni pasangan Ahmad Purnomo - Teguh Prakosa.
Kedua orang ini adalah kader-kader terbaik dan berpengalaman PDIP di Solo. Ahmad saat ini tengah menjabat Wakil Walikota, sedangkan Teguh merupakan mantan Ketua DPRD Kota Solo, periode 2014-2019.
Mendapat penolakan tidak membuat Gibran surut langkah. Dia terus mencari dukungan dan "kendaraan" politik, hingga akhirnya ditampung oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Jawa Tengah.
Dari sinilah, konstalasi politik Kota Solo mulai memanas. Betapapun PDIP jadi mempunyai dua calon yang sama-sama memiliki keunggulan dan berpotensi menang.
Pasangan Ahmad - Teguh jelas merupakan pasangan pengalaman yang popularitasnya sudah tidak diragukan untuk internal PDIP Solo.
Sedangkan Gibran, meski merupakan anak baru tapi nama besar ayahnya selaku presiden dan pernah menjabat Walikota Solo, diyakini mampu mendongkrak popularitas Gibran.
Selain itu, Sepak terjangnya dalam bisnis kuliner yang digelutinya juga cukup mampu melambungkan nama Gibran, khususnya di kalangan anak muda Kota Solo.
Hal ini menjadikan peta persaingan di internal PDIP Solo menjadi sengit dan bingung menjatuhkan pilihan. Jalan satu-satunya yang mampu memutuskan siapa yang berhak maju dalam pencalonan hanyalah Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarno Putri.
Nah, ini mungkin yang menjadi alasan kenapa pengumuman calon untuk Pilwakot Solo menjadi menarik dan ditunggu-tunggu. Tapi, rupanya seorang Megawati pun masih kebingungan. Terbukti, pengumumannya harus ditunda hingga bulan Maret mendatang.
Dinamika Internal DPP Inginkan Gibran