"Jujur, Kek. Aku kagum sekaligus heran atas semangat kakek. Tiap hari bolak-balik dari Rancakalong ke sini. Apa kakek tidak capek atau bosan?" Mungkin pertanyaanku ini bodoh, tapi merasa harus mengungkapkannya.
"Kalau capek, ya pastinya capek, Nak."
"Bosan, juga?" Susulku.
"Tidak ..."
"Kenapa?" Tanyaku, penasaran.
Ditanya seperti itu, si kakek mendadak membisu. Bukan diam biasa. Ada pancaran kebijaksanaan dan wibawa yang tercipta di wajahnya. Sejurus kemudian, si kakek menghela napas, mengisi ruang kosong di dadanya. Lalu, menoleh padaku dan mulai menjawab tanyaku dengan sebuah pertanyaan.
"Kamu tahu matahari bukan?"
"Iya, Kek."
"Kamu pasti tahu, matahari itu bersinar disiang hari. Muncul di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat. Dia bertugas menerangi bumi, memberi kehidupan untuk makhluk yang ada."
Aku hanya terdiam mendengar penuturan si kakek, sambil menunggu apa yang akan disampaikan selanjutnya.
"Kalau matahari berhenti sejenak saja dari tugasnya, kira-kira apa yang bakalan terjadi?" si kakek, kembali bertanya.