Jika berkaca pada arti dan maksud di atas. Berarti, jati diri Bangsa Indonesia adalah Pancasila. Pasalnya, Pancasila menjadi dasar negara kita adalah satu-satunya didunia. Dalam hal ini, ciri khasnya sudah tidak bisa disangsikan lagi.
Jika bicara Pancasila, sudah barang tentu bicara lima poin atau sila yang ada di dalamnya. Yakni:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Jadi, apakah yang dimaksud dengan tayangan yang selaras dengan Jatidiri bangsa tersebut adalah tayangan-tayangan atau program-program yang mengandung nilai-nilai lima sila di atas?
Jika memang mesti mengacu ke sana, tentu saja akan banyak cintoh tayangannya. Sebut saja, program-program kerohanian, yang akan selaras dengan sila pertama dalam Pancasila, atau mungkin acara reality show, berupa bagi-bagi rejeki terhadap fakir miskin, ini boleh jadi berbanding lurus dengan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab.
Begitupun dengan program-program berita, tentu saja harus disesuaikan. Dalam hal ini, contentnya pun tidak boleh menyimpang dari jati diri bangsa. Misalnya, tentu saja tidak ada lagi berita-berita tentang politik yang begitu sarat intrik dan janji-janji tak pasti atau berita tentang segala kekacauan atau perselisihan antar sesama. Pasalnya, ini jelas tak sesuai dengan sika ketiga pancasila, Persatuan Indonesia.
Selain itu, akan banyak pula program-program yang menonjolkan kebhinekaan, edukasi, atau hal lainnya.
Bisa? Tentu saja bakal sangat bisa. Cuma masalahnya, mampukah segala program yang sesuai dengan keinginan Dewas TVRI ini bisa bersaing dengan televisi-televisi lainnya? Ini yang akan sulit di jawab.
Kenapa? Karena, jika TVRI yang katanya ingin kembali mengembalikan marwah lembaga penyiaran pelat merah, berarti boleh jadi akan kembali mundur pada tayangan-tayangan sebelum Helmy menahkodai TVRI. Yaitu, chanel lembaga penyiaran yang kurang gereget dan terkesan jadul.
Nah, jika demikian halnya, sebagus apapun program yang dibuat (tentunya sesuai dengan keinginan Dewas TVRI) akan menjadi percuma, jika tidak ada yang menonton.
Selain itu, harusnya Dewas TVRI juga paham, bahwa kemajuan teknologi sudah sangat berkembang pesat. Pun dengan pola pikir masyarakat. Tentu saja membutuhkan tayangan-tayangan "bergizi" sekaligus menghibur.