Perceraian Ustaz Abdul Somad di Tengah Wacana Sertifikat Pernikahan

NAMA Ustad Abdul Somad (UAS) belakangan ini benar-benar telah mencuri perhatian publik tanah air. Ini tak lepas dari cara dakwahnya yang selalu mengena di hati para pengikutnya.

Cara-cara UAS boleh dibilang beda dengan sebagian banyak ustad yang lebih dulu terkenal dan kerap menghiasi laya kaca. Pria kelahiran Asahan, Sumatera Utara tak jarang meledak-ledak dalam melakukan dakwahnya.

Tak melulu membahas berbagai ragam persoalan agama termasuk di dalamnya ilmu hadist dan fikih. UAS juga tak jarang mengupas isu-isu nasionalis yang sedang hangat atau up date diperbincangkan masyarakat.

Semua itu dia ungkapkan pada jama'ah dengan gaya bahasa yang mudah difahami dan lugas dalam memberikan penjelasan. Tak heran jika chanel Youtube yang menayangkan tentang kegiatan dakwah-dakwahnya selalu banjir subcribe maupun like.

Nama UAS makin melambung tinggi, saat sempat akan di rangkul kubu Prabowo Subianto untuk menjadi wakilnya dalam kontestasi Pilpres 2019, baru lalu. Namun, dia menolaknya. Karena yang bersangkutan tidak tertarik untuk masuk ke dunia politik. UAS ingin lebih fokus melanjutkan syiar Islam dengan cara bersafari dakwah ke berbagai pelosok tanah air.

Gayanya yang sederhana serta metoda dakwah yang kadang diselingi humor-humor segar, membuat Dosen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim ini makin digandrungi jema'ah-nya. Wajar, jika dia didaulat sebagai da' sejuta umat. Karena memang pengikut UAS hampir ada di berbagai pelosok tanah air. Bahkan, mungkin ada juga di luar negeri.

Namun, siapa sangka. Salah seorang ustad besar yang dimiliki bangsa ini, rupanya hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari segala khilaf dan permasalahan duniawi. Pria kelahiran tahun 1977 ini dikabarkan bercerai dengan isterinya.

Tentunya, kabar ini tak pelak membuat kaget banyak fihak. Terutama, para jema'ah setianya. Tapi itulah kenyataannya, bahwa UAS adalah manusia juga, yang tak lepas dari masalah.

Belum jelas apa yang memantik perceraian tersebut. Namun, seperti dilansir Kumparan.com, UAS telah resmi bercerai dengan isterinya, Mellya Juniarti. 

Kabarnya, putusan itu sudah dikeluarkan oleh Pengadilan Agama Bangkinang.
Fihak Kumparan.com juga kemudian mengkonfirmasi kabar ini juga ke kuasa hukum UAS, Hasan Basri. Ia pun tak berkomentar banyak.

"Selain ini urusan rumah tangga, tak usah ditanggapi. Perceraian tertutup umum," kata Hasan mengungkapkan pernyataan UAS.

"Tidak cocok lagi. Ya itu jalannya berpisah, karena kita manusiawi," imbuh dia.

Hasan juga mengaku sudah menerima salinan putusan dari PA Bangkinang. kumparan juga sudah mencoba mengkonfirmasi hal ini ke pengacara sang istri, Nurhasmi. Namun belum ada jawaban.

Bagi penulis, tidak ada yang aneh tentang perceraian yang terjadi atas keluarga Ustad kondang tersebut. Toh, urusan rumah tangga adalah sesuatu yang tidak bisa dipaksakan.

Jika kedua belah fihak sidah tidak ada kecocokan, buat apa dipertahankan juga. Mungkin jalan ini (perceraian) adalah yang terbaik daripada kedepannya menimbulkan masalah-masalah lebih besar.

Cuma, dari perceraian UAS ini ada satu pelajaran penting yang bisa diambil. Ternyata, kelanggengan rumah tangga tidak bisa diukur oleh pengetahuan agama yang luas. Karena, siapapun pasti tidak akan berani menyangkal atas  luasnya pengetahuan agama UAS.

Tapi, kelanggengan rumah tangga hanya bisa dijaga oleh rasa kecocokan dua belah pihak, komitmen yang dibangun, kasih sayang dan dilandasi saling percaya.

Satu lagi yang menjadi menarik atas perceraian UAS adalah terjadi ditengah-tengah pemerintah sedang gencar-gencarnya merencanakan tentang wajibnya bagi pasangan yang akan membina biduk rumah tangga untuk memiliki sertifikat pernikahan.

Ide adanya sertifikat pernikahan ini dicanangkan oleh Kementrian Koordinator bidang Pembangunam Manusia dan Kebudayaan (PMK).

Adapun maksud dari rencana tersebut adalah untuk membentuk pasangan rumah tangga agar lebih mampu membina dan membangun keluarganya dengan baik dan benar. Baik itu secara mental, ekomomi sosial.

Tentu saja, wacana ini tujuannya sangat bagus yaitu membina keluarga bahagia dan sejahtera sepanjang hayat. Dalam arti, wacana sertifikat pernikahan ini idealnya adalah guna menyiapkan atau membentuk keluarga-keluarga yang harmonis, sehat, agamis, mampu bersosialisasi di tengah masyarakat.

Namun, perlu diingat bahwa pernikahan kadang tak seindah yang dibayangkan. Sebagaimana kuatnya pondasi yang dibangun sejak awal, permasalahan dipastikan muncul dan tak sedikit berujung pada perceraian. Wassalam