"Iya terus?" Potong Indra.
"Jujur, saya bingung dari mana mendapat uang untuk biaya pengobatannya. Sementara, kemarin sehabis pertandingan saya di hubungi seseorang. Dan...." Beno tak meneruskan kalimatnya.
"Dan apa?" Indra makin bingung dan tak sabar.
"Orang itu menawarkan sejumlah uang cukup banyak. Asal saya mau mengalah pada pertandingan besok" Jelas Beno, wajahnya sedikit pucat. Khawatir pelatihnya itu marah dan kecewa.
"Terus kamu terima tawaran itu?" Tanya Indra sedikit berang.
"Belum coach. Saya masih bingung kudu ngapain. Satu sisi, saya harus bisa membanggakan daerah kita. Tapi di lain sisi, saya butuh biaya tak sedikit" Tutur Beno, matanya tak berani menatap Indra.
"Kapan kamu akan memberi jawaban pada orang tersebut?"
"Rencananya nanti malam. Kita janjian di tempat makan dekat penginapan tim mereka"
"Jujur mendengar alasanmu, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Keputusanmu ada ditanganmu. Karena aku tidak bisa menolong biaya pengobatan ibumu"
"Jadi saya harus bagamana coach?
"Terserah. Â Tapi aku hanya ingin mengatakan satu hal. Jika sebuah kepercayaan dirusak oleh penghianatan. Maka kepercayaan itu bagai kertas yang bila dirusak tidak akan pernah kembali sempurna" Tutur Indra.