"Uhuk..uhuk..uhuk" Yudistira terbatuk-batuk. Lelaki tua itu duduk di kursi roda sambil menikmati pemandangan pekarangan rumah yang cukup luas. Penyakit paru yang dia derita membuat wajahnya pucat, tubuhnya kurus serta matanya cekung. Telah banyak rumah sakit yang di kunjungi, tapi tak kunjung sembuh. Malah, cenderung lebih parah.
Semenjak kematian isterinya hampir 30 tahun lalu, Yudistira tak menikah lagi. Bukan lantaran dia tak laku, bahkan sebaliknya banyak perempuan waktu itu ingin diperisteri. Selain cukup tampan, Yudistira seorang kaya raya. Rasa cinta dan setia pada isterinya, Â laki-laki ini memilih fokus mengurus kedua anak laki-lakinya.
Ketika kedua anaknya itu beranjak dewasa dan menikah. Dia tinggal berdua dengan Prama. Seorang pemuda yang setia mengurus semua keperluan Yudistira. Prama tinggal menemani tuannya sudah 10 tahun lebih atau sejak dia duduk di bangku kelas 6 SD.
"Pram..Prama.....!" Panggil Yudistira pada pembantunya itu.
"Iya tuan, ada yang bisa saya bantu? Tanya Prama, sambil tergopoh-gopoh datang dari dalam rumah.
"Coba ambilkan obatku di kamar...!"
"Baik tuan...!" Prama beringsut mengerjakan perintah tuannya. Tak lama kemudian balik lagi sambil membawa obat.
"Ini tuan obatnya..!"
"Terimakasih. Sekarang kamu duduklah, temani aku..!" Kata Yudistira, langsung dituruti Prama.
"Sudah berapa lama kau kerja padaku?" Susul Yudistira.
"Kenapa tuan tanyakan itu pada saya?" Tanya Prama, wajahnya berubah pucat. Dia khawatir akan dipecat.