Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Petruk dan Bogem Mentah

9 Agustus 2019   22:15 Diperbarui: 9 Agustus 2019   22:25 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PETRUK adalah pria berumur 28 tahun, asal Kampung Awang-awang. Tubuhnya yang proporsional dibalut wajahnya yang tampan, membuat digilai banyak wanita. Sayang, dia telah punya isteri yang bernama Arimbi. Perempuan hitam manis anak seorang tuan tanah di kampung itu.

Namanya tuan tanah, pasti banyak centengnya (tukang pukul). Sebagai menantu tuan tanah, hidup Petruk cukup terjamin. Padahal sejak awal nikah dia sudah dikenal dengan sebutan pejabat. Eit..tunggu dulu...! Bukan pejabat seperti yang sering kita lihat di televisi. Pakaian mahal, asesoris tubuh yang wah dibalut kendaraan mewah.

Pejabat yang melekat pada diri petruk adalah akronim dari pengangguran Jawa Barat alias tak punya kerja. Sebab ketampanan dan badan atletisnya-lah, membuat si hitam manis anak tuan tanah kesengsem. Dasar cinta, tai ayam pun rasanya coklat. Si hitam manis 'merayu' ayahnya untuk dinikahkan dengan si 'pejabat'. Dengan berat hati, Petruk pun dipulung mantu.

Sejak menikah, kehidupan ekonomi Petruk berubah 360 derajat. Pemuda kampung polos dan miskin mendadak jadi OKB (Orang kaya baru). Betapa tidak, rumah dan mobil mewah, lahan luas, dan beberapa perusahaan tumplek padanya. Singkat kata, Petruk mendapat segala fasilitas yang dibutuhkan seluruh manusia di zaman milenial ini.

Cuma satu yang kurang, yaitu rasa cinta. Ya..pernikahan Petruk dengan Arimbi bukanlah mimpinya. Wanita dambaannya adalah tinggi semampai, putih mulus dan bau-bau oriental. Jelas, itu tak terlukis pada sosok isterinya. Kecil mungil, hitam pula.

Dua tahun sudah pernikahan Petruk dengan Arimbi. Bagi Arimbi, dua tahun itu laksana surga dunia. Hidup berkecukupan, suami tampan dan anak laki-laki yang lucu. Sebaliknya dengan Petruk. Gelisah dan penasaran terus menghantui.

Obsesinya pada wanita cantik tinggi semampai jadi penyebab. "Ah aku harus kawin lagi" pikirnya". Tapi mana mungkin, selama ini dia nggak pernah beranjak dari kampung. Belum lagi, mertuanya dijamin ngamuk.

"Ahaaa......" Petruk dapat ide.

Gareng, sahabat kecilnya yang sedang merantau di kota bisa dia manfaatkan. Segera dia telpon temannya itu.

"Reng lu bisa gua bantu gua nggak ?'...

"Bantu apa maksudmu?" Gareng balik nanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun