PETRUKÂ adalah pria berumur 28 tahun, asal Kampung Awang-awang. Tubuhnya yang proporsional dibalut wajahnya yang tampan, membuat digilai banyak wanita. Sayang, dia telah punya isteri yang bernama Arimbi. Perempuan hitam manis anak seorang tuan tanah di kampung itu.
Namanya tuan tanah, pasti banyak centengnya (tukang pukul). Sebagai menantu tuan tanah, hidup Petruk cukup terjamin. Padahal sejak awal nikah dia sudah dikenal dengan sebutan pejabat. Eit..tunggu dulu...! Bukan pejabat seperti yang sering kita lihat di televisi. Pakaian mahal, asesoris tubuh yang wah dibalut kendaraan mewah.
Pejabat yang melekat pada diri petruk adalah akronim dari pengangguran Jawa Barat alias tak punya kerja. Sebab ketampanan dan badan atletisnya-lah, membuat si hitam manis anak tuan tanah kesengsem. Dasar cinta, tai ayam pun rasanya coklat. Si hitam manis 'merayu' ayahnya untuk dinikahkan dengan si 'pejabat'. Dengan berat hati, Petruk pun dipulung mantu.
Sejak menikah, kehidupan ekonomi Petruk berubah 360 derajat. Pemuda kampung polos dan miskin mendadak jadi OKB (Orang kaya baru). Betapa tidak, rumah dan mobil mewah, lahan luas, dan beberapa perusahaan tumplek padanya. Singkat kata, Petruk mendapat segala fasilitas yang dibutuhkan seluruh manusia di zaman milenial ini.
Cuma satu yang kurang, yaitu rasa cinta. Ya..pernikahan Petruk dengan Arimbi bukanlah mimpinya. Wanita dambaannya adalah tinggi semampai, putih mulus dan bau-bau oriental. Jelas, itu tak terlukis pada sosok isterinya. Kecil mungil, hitam pula.
Dua tahun sudah pernikahan Petruk dengan Arimbi. Bagi Arimbi, dua tahun itu laksana surga dunia. Hidup berkecukupan, suami tampan dan anak laki-laki yang lucu. Sebaliknya dengan Petruk. Gelisah dan penasaran terus menghantui.
Obsesinya pada wanita cantik tinggi semampai jadi penyebab. "Ah aku harus kawin lagi" pikirnya". Tapi mana mungkin, selama ini dia nggak pernah beranjak dari kampung. Belum lagi, mertuanya dijamin ngamuk.
"Ahaaa......" Petruk dapat ide.
Gareng, sahabat kecilnya yang sedang merantau di kota bisa dia manfaatkan. Segera dia telpon temannya itu.
"Reng lu bisa gua bantu gua nggak ?'...
"Bantu apa maksudmu?" Gareng balik nanya.