Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Amara Shand-Su (Tamat)

3 Agustus 2019   10:46 Diperbarui: 3 Agustus 2019   10:54 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Anda lah yang pengecut pak...! Di jaman semodern ini masih saja bersikap feodal. Ingat...Suci bukanlah Siti Nurbaya..!"
"Dan satu lagi. Saya orang yang memegang teguh janji seorang lelaki. Bapak ingat omongan saya dulu?". 

Saya akan menjauhi anak bapak demi kebahagiaanya. Tapi nyatanya dia menderita lahir dan batin. Maaf..kali ini tidak.bisa menuruti kata-kata bapak lagi....!' tandas Shandy.

Perlawanan Shandy memantik api amarah ayah Suci. Tanpa ragu, dia menyuruh para pria berbadan kekar untuk menghajar kekasih anaknya itu.

"Kurang ajar kau...cepat hajar dia...!
Shandy tak gentar. Namun, sekuat-kuatnya dia, tetap saja tak mampu membendung pukulan dan tendangan para pria suruhan ayahnya Suci.

Melihat kekasihnya itu dipukuli, Suci hanya menangis dan berteriak.

"Hentikan....hentikan...!" Tapi maksudnya itu tak dihiraukan para pria kekar tadi. Shandy ambruk ke tanah. Tubuhnya babak belur dan berdarah-darah.
"Shandy......." Suci berlari dan langsung menubruk tubuh Shandy yang sudah tak berdaya.

Selagi Suci merangkul tubuh kekasihnya yang hampir di ambang maut. Dari belakang, ayahnya membentak keras.

"Lepaskan dia Suci..!"
"Tidak....Tinggalkan kami sekarang juga" bantah Suci sambil terus bercucuran air mata.
"Suci.." tiba-tiba Shandy memanggil nama dirinya.
"Iya sayang....Bertahanlah. kamu pasti kuat.."
"Tidak...Ajalku sudah dekat. Maafkan aku tak bisa menjagamu..!"
"Tidak...Kau tak boleh ngomong seperti itu...!

Tapi, sekuat apapun Suci menangis, tetap tak mampu melawan takdir ilahhi. Shandy akhirnya menghembuskan nafas terakhir di pelukannya.

"Shandy............" Suci menjerit histeris, lalu pingsan.

Peristiwa itu menggegerkan seantero kota. Shandy sang jurnalis satir tewas karena keegoisan orang tua yang tak mengerti artinya cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun