Ranjang ini masih terlihat berantakan...dan aku tak perduli, seperti aku tak memperdulikan tubuhku yang masih telanjang. Kuambil sebatang rokok, lalu mulai menyalakannya. Kunikmati setiap tarikannya sambil menatap wanita yang tengah tertidur pulas disampingku. Perlahan aku bangkit dan mulai mengenakan pakaian.
"Elang..." wanita itu terbangun dengan tubuh yang masih telanjang. "Aku harus pergi sayangku" ucapku sambil mengecup keningnya. "Tetaplah disini...aku membutuhkanmu" pinta wanita itu padaku. Aku tersenyum...perlahan berbisik ditelinganya " kau sendiri tau..itu hal yang tak mungkin". "Setidaknya berilah aku ciumanmu" ucapnya lirih berharap. Lalu kami kembali bergumul.
**** "Elang...maaf membuatmu menunggu terlalu lama" ucap lelaki itu sambil menyalamiku. "Gak masalah Om...silahkan duduk" sahutku sambil tersenyum "Oh ya Lang...kenalkan ini istriku, Karin"
Aku tak menduga jika wanita muda ini istri Om Wawan. Dia terlihat cantik dan sexy. Perlahan kuulurkan tanganku menyambut tangannya.
Itulah kali pertama aku mengenal wanita itu. Wanita yang kini kerap menghabiskan waktu denganku. Wanita yang kerap melepas hasratnya padaku. Wanita itu...Karin.
**** "Kita menikah saja Lang" ucap Karin sesaat setelah kami berbagi kehangatan. "Lantas..bagaimana dengan Om Wawan suamimu?" ucapku balik bertanya. "Hmm...kita bisa membunuhnya" ucapnya dingin.
Gila...ini sudah gila, ucapku dalam hati sambil menghisap rokok untuk menyembunyikan keterkejutanku. "Aku lapar sekali, apa kamu lapar juga sayang?" ucapku mengalihkan pembicaraan. "Iya" "Tunggu disini sebentar, aku akan masak makanan kesukaanmu" lalu aku bergegas pergi ke dapur. Dirumahku ini seringkali kami menghabiskan waktu bersama, melepas birahi atau sekedar menikmati makan malam berdua.
Sejam kemudian, aku membawa makanan dan sebotol anggur ke dalam kamar. Kulihat wanita itu masih berbaring telanjang. Kubawa makanan ke atas ranjang, lalu kami mulai menikmatinya.
"Kamu pintar menyenangkan wanita" ucapnya saat selesai menikmati makanan yang aku buat. Aku tersenyum...lalu kuteguk seloki anggur dalam genggamanku. ‘Tahukah kau...dari sekian lelaki yang tidur denganku, hanya padamulah kuberikan segenap perasaanku...bukan sekedar tubuhku...aku mencintaimu" "Itukah yang membuatmu ingin menikah denganku?" tanyaku pelan. "Ya...tapi ada satu penghalang yaitu suamiku...maukah kau menyingkirkan dia...lakukanlah sayang...demi aku..demi kita"
Aku kembali tersenyum...lalu kutuangkan kembali anggur itu, kali ini kutuang ke tubuhnya..lalu aku mulai menikmati tetesaan anggur yang melekat ditubuhnya. Dan dia kembali merintih.
**** "Saya tahu benar reputasimu dalam memikat wanita Lang....kau seorang profesional...saya butuh bantuanmu" "Hahaha Om terlalu memuji...apa yang bisa saya bantu Om?" "Begini Lang..." lalu Wawan mulai bercerita tentang istrinya. Bagaimana kecurigan terhadap istrinya yang sering berselingkuh dibelakangnya. Om Wawan ingin membuktikan kecurigaannya itu. "Untuk itu saya minta tolong padamu Lang...dekati istriku...kau boleh lakukan apa saja untuk membuktikan kecurigaanku" "Lantas...jika kecurigaan Om terbukti nanti...apa yang Om lakukan?" "Entahlah...lihat saja nanti...sekarang apa yang kamu butuhkan Lang? " ucap om Wawan sambil menuliskan selembar cek. "Kenalkan istri Om dengan saya, itu saja...selanjutnya biar saya yang urus" ucapku sambil menerima selembar cek dari Om Wawan.
****
"Elang ! Bagaimana kamu tahu aku ada disini?" ucap wanita itu saat membuka pintu villa nya. "Itu tak penting...aku rindu sama kamu" ucapku sambil merengkuh tubuhnya. "Jangan sekarang Lang...aku lagi menunggu suamiku...nanti ketahuan..bahaya" "Sudah ah...nanti saja...aku ada janji dengan suamiku di villa ini" "Oke sayang" ucapku sambil melepas pelukan.
Sesaat kemudian, handphone wanita itu berbunyi, lalu kulihat dia mulai mengangkat dan berbicara dengan seseorang. Kutinggalkan sejenak dia dan aku mulai berjalan berkeliling melihat villa ini hingga sampailah aku di kolam renang belakang villa. "Ahh..villa yang indah" gumanku, lalu aku duduk di tepi kolam. Tak lama kemudian, wanita itu datang menghampiriku dengan mengenakan pakaian renang. "Kita berenang Lang...suamiku membatalkan janjinya...kita bebas hari ini" ucapnya sambil tersenyum manja. "Kau saja yang berenang...aku tak bawa pakaian renang" "Gak perlu..kamu kan bisa telanjang...toh tak ada orang lain disini" ucapnya, lalu dia menceburkan dirinya ke kolam renang.
Kulihat tubuhnya menari di atas air. Dan tanpa menunggu lebih lama, segera aku lepas seluruh pakaianku lalu mulai masuk ke kolam. "Bagaimana? kapan kita mulai menyingkirkan suamiku?" ucapnya sambil memelukku erat. "Kenapa tidak minta cerai saja?" tanyaku. "Dia tak mau menceraikan aku...lagipula, aku masih butuh hartanya...ayolah sayang...lakukanlah...waktu kita hanya sedikit"
Aku hanya diam, kemudian kukecup mesra bibirnya...lalu menyelam turun kebawah...turun ke perut kemudian sampai pada kakinya yang jenjang. Kupejamkan mataku sembari menahan nafas, lalu kutarik kaki itu kedalam kolam, sontak wanita itu berontak keras...dan aku terus menarik kakinya agar dia tenggelam. Perlahan gerakan wanita itu melemah seiring air yang masuk kedalam paru parunya lalu diam tak bergerak.
Aku bergegas keluar dari kolam dan mengenakan pakaian, kemudian pergi dari villa itu secepatnya. "Maafkan aku sayang" ucapku pada tubuh yang mati mengambang dikolam.
****
Sebotol cointreau masih dalam genggamanku. Perlahan kutenggak isinya. Ahh...Aku kembali membunuh, kali ini terasa beda. Aku mencintainya...mencintai korban yang harus aku bunuh. Masih terbayang pertemuanku dengan Om Wawan. Bagaimana ahirnya dia memutuskan untuk membunuh istrinya. Aku memintanya untuk menceraikan saja, tapi dia bilang, jika aku tak memilikinya..orang lain pun tak boleh memilikinya juga.
Aku tak bisa menolak. Ini tugasku...ini pengabdianku...ini balas jasaku terhadap Om Wawan. Teringat bagaimana Om Wawan yang membiayai aku dan ibuku sepeninggal ayahku saat aku kecil. Teringat bagaimana dia memberikan aku pekerjaan...memberikan rumah..memberikan kesempatan. Ya..aku tak bisa menolak...ini pekerjaanku.
Bel rumahku berbunyi, membuyarkan lamunanku. Kulihat seorang lelaki membawa bungkusan kecil saat aku membuka pintu. "Met malam pak, saya dari jasa pengiriman mengantarkan bingkisan buat bapak...dan mohon maaf karena kami terlambat, seharusnya dua hari yang lalu kiriman ini sudah ada ditangan bapak" ucap kurir itu. Kuterima bungkusan itu dan memberinya tip, lalu aku kembali ke dalam rumah.
Saat kubuka, sebuah jam tangan mewah berlapis platina dan sepucuk surat dari Karin. Aku ingat, dua hari lalu aku masih bersamanya...masih mendekap tubuhnya. Kubaca surat dari Karin...
"Kuberikan sebuah jam tangan untukmu sayang. Ini bukan sekedar jam...tapi tentang waktu. Tentang waktu yang aku habiskan bersamamu. Waktu aku mulai mencintaimu... Waktu aku ingin memilikimu sepenuhnya. Waktu aku mengetahui....ada sosok cintamu dalam rahimku. Dan juga ini tentang anganku akan waktu...untuk membesarkan benih cinta kita berdua.
Aku yang begitu mencintaimu, Karin."
Saat itu juga, aku...lelaki jalang ini terdiam lalu menangis.
****
Rembang, Â September 2012
Sumber gambar : pendarbintang.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H