Mohon tunggu...
Elang Langit
Elang Langit Mohon Tunggu... -

nakal...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Jalang

28 September 2012   15:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:32 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1350485024329339617

**** "Saya tahu benar reputasimu dalam memikat wanita Lang....kau seorang profesional...saya butuh bantuanmu" "Hahaha Om terlalu memuji...apa yang bisa saya bantu Om?" "Begini Lang..." lalu Wawan mulai bercerita tentang istrinya. Bagaimana kecurigan terhadap istrinya yang sering berselingkuh dibelakangnya. Om Wawan ingin membuktikan kecurigaannya itu. "Untuk itu saya minta tolong padamu Lang...dekati istriku...kau boleh lakukan apa saja untuk membuktikan kecurigaanku" "Lantas...jika kecurigaan Om terbukti nanti...apa yang Om lakukan?" "Entahlah...lihat saja nanti...sekarang apa yang kamu butuhkan Lang? " ucap om Wawan sambil menuliskan selembar cek. "Kenalkan istri Om dengan saya, itu saja...selanjutnya biar saya yang urus" ucapku sambil menerima selembar cek dari Om Wawan.

****

"Elang ! Bagaimana kamu tahu aku ada disini?" ucap wanita itu saat membuka pintu villa nya. "Itu tak penting...aku rindu sama kamu" ucapku sambil merengkuh tubuhnya. "Jangan sekarang Lang...aku lagi menunggu suamiku...nanti ketahuan..bahaya" "Sudah ah...nanti saja...aku ada janji dengan suamiku di villa ini" "Oke sayang" ucapku sambil melepas pelukan.

Sesaat kemudian, handphone wanita itu berbunyi, lalu kulihat dia mulai mengangkat dan berbicara dengan seseorang. Kutinggalkan sejenak dia dan aku mulai berjalan berkeliling melihat villa ini hingga sampailah aku di kolam renang belakang villa. "Ahh..villa yang indah" gumanku, lalu aku duduk di tepi kolam. Tak lama kemudian, wanita itu datang menghampiriku dengan mengenakan pakaian renang. "Kita berenang Lang...suamiku membatalkan janjinya...kita bebas hari ini" ucapnya sambil tersenyum manja. "Kau saja yang berenang...aku tak bawa pakaian renang" "Gak perlu..kamu kan bisa telanjang...toh tak ada orang lain disini" ucapnya, lalu dia menceburkan dirinya ke kolam renang.

Kulihat tubuhnya menari di atas air. Dan tanpa menunggu lebih lama, segera aku lepas seluruh pakaianku lalu mulai masuk ke kolam. "Bagaimana? kapan kita mulai menyingkirkan suamiku?" ucapnya sambil memelukku erat. "Kenapa tidak minta cerai saja?" tanyaku. "Dia tak mau menceraikan aku...lagipula, aku masih butuh hartanya...ayolah sayang...lakukanlah...waktu kita hanya sedikit"

Aku hanya diam, kemudian kukecup mesra bibirnya...lalu menyelam turun kebawah...turun ke perut kemudian sampai pada kakinya yang jenjang. Kupejamkan mataku sembari menahan nafas, lalu kutarik kaki itu kedalam kolam, sontak wanita itu berontak keras...dan aku terus menarik kakinya agar dia tenggelam. Perlahan gerakan wanita itu melemah seiring air yang masuk kedalam paru parunya lalu diam tak bergerak.

Aku bergegas keluar dari kolam dan mengenakan pakaian, kemudian pergi dari villa itu secepatnya. "Maafkan aku sayang" ucapku pada tubuh yang mati mengambang dikolam.

****

Sebotol cointreau masih dalam genggamanku. Perlahan kutenggak isinya. Ahh...Aku kembali membunuh, kali ini terasa beda. Aku mencintainya...mencintai korban yang harus aku bunuh. Masih terbayang pertemuanku dengan Om Wawan. Bagaimana ahirnya dia memutuskan untuk membunuh istrinya. Aku memintanya untuk menceraikan saja, tapi dia bilang, jika aku tak memilikinya..orang lain pun tak boleh memilikinya juga.

Aku tak bisa menolak. Ini tugasku...ini pengabdianku...ini balas jasaku terhadap Om Wawan. Teringat bagaimana Om Wawan yang membiayai aku dan ibuku sepeninggal ayahku saat aku kecil. Teringat bagaimana dia memberikan aku pekerjaan...memberikan rumah..memberikan kesempatan. Ya..aku tak bisa menolak...ini pekerjaanku.

Bel rumahku berbunyi, membuyarkan lamunanku. Kulihat seorang lelaki membawa bungkusan kecil saat aku membuka pintu. "Met malam pak, saya dari jasa pengiriman mengantarkan bingkisan buat bapak...dan mohon maaf karena kami terlambat, seharusnya dua hari yang lalu kiriman ini sudah ada ditangan bapak" ucap kurir itu. Kuterima bungkusan itu dan memberinya tip, lalu aku kembali ke dalam rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun