"Menikahlah denganku.. Widya…” aku terdiam seakan tak percaya kau ucapkan kata kata itu.
“ Widya.. Aku mencintaimu… “ ku tatap lagi mata itu.. dan ingin ku raih tubuhmu dan ku dekap erat.. namun sejenak aku tersadar…
Aku terdiam…hati dan pikiran memenuhi kepalaku… Kuakui jika aku begitu bergairah denganmu.. kurasakan kehangatan dekapan cintamu.. kunikmati dengan hati setiap gerakan jemarimu.. indah…. entahlah.. Pantaskah tubuh kotor penuh noda ini bersanding denganmu?.. Pantaskah jiwa yang resah gelisah menghitung rupiah dari ranjang ke ranjang.. dari dekapan para lelaki yang menikmati tubuhku ini meraih cinta?.. ah.. aku mendesah….
Tak pernah sedikitpun ku meragu dengan jawaban itu.. aku tidak boleh larut dalam dekapan yang membuai anganku.. angan yang semu tak berarti.. mimpi kosong.. harapan yang mati
Elang.. maafkan aku.. aku tak pantas untukmu… hatiku telah membeku untuk cinta..jiwaku telah tertutup rapat.
Kulangkahkan kaki ini meninggalkanmu yang menatapku menunggu jawab….
****
Sepenggal kalimat dalam surat yang kau titipkan untukku… setelah seminggu tanpa hadirmu.. aku merindu…
"…Jangan kau tanyakan lagi mengapa…tapi rasakan
Setiap bait ketulusan yang memancar dari mataku.
Setiap hembusan nafasku yang menyentuh tubuhmu dan juga detak jantungku yang menyentuh dadamu.
Ketika ada keyakinanmu akan aku
Menikahlah denganku
Aku, lelaki jalang yang mencintaimu.
Elang…”
Aku terdiam, kupandangi surat darimu.
Ingatanku tentangmu selalu hadir di benakku.
Lelaki yang memperlakukanku dengan penuh kelembutan.
Lelaki yang selalu mengecup keningku..membelai rambutku…menelusuri setiap inchi tubuhku dengan ciuman cinta.
Masih selalu terasa hembusan nafasmu ditelingaku…mengucapkan kata cinta dan sesekali menggigit telingaku dengan mesra.
Sebuah senyuman untukmu malam ini.. ku usap perlahan air mata yang menetes di pipiku… ah Elang…
****
Elang tak datang lagi hari ini…aku masih menunggu.
Berharap lelaki itu datang kembali dan ucapkan kata cinta.
Berharap tubuh ini kembali dalam dekapan hangat lelaki yang mulai mengisi jiwanya.
Kurasakan rasa yang telah lama hilang kini hadir kembali.
Tetapi…ketakutannya lah yang membuat tak satupun kata terucap
Aku diam saat Elang memintaku.
Dalam diam..aku pergi meninggalkan Elang..sempat kulihat gores kecewa di mata yang teduh itu.