[caption id="attachment_324369" align="aligncenter" width="300" caption="gb : pitoyo.com"][/caption]
Aku ceritakan padamu tentang lelaki yang memanah rembulan. Dia menarik busur hatinya, lalu melepaskan panah kalimatnya. Bukan rayuan tapi ungkapan. Ungkapan tentang hati yang lebih dari sekedar kata yang bisa terlepaskan. Tanpa keraguan.
Lelaki dengan cinta menanti rembulan. Menyelipkan tanya tentang cinta pada rembulan. Mungkin bukan pertanyaan, karena cinta bukan untuk dipertanyakan. Sebab tentang cinta adalah jawaban dari pertanyaan itu sendiri.
Adakalanya sang rembulan tetap diam. Adakalanya menangis dan adakalanya tersenyum. Tetapi rembulan selalu berputar menemani bumi, tempat dimana lelaki itu berpijak. Berpijak sembari lirih berbisik, aku selalu mencintaimu rembulan.
Tahukah kau?
Aku lelaki itu, dan kau rembulan
***
Salam
Elang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H