Mohon tunggu...
Elang Langit
Elang Langit Mohon Tunggu... -

nakal...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Memanah Rembulan

18 September 2014   18:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:19 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_324369" align="aligncenter" width="300" caption="gb : pitoyo.com"][/caption]

Aku ceritakan padamu tentang lelaki yang memanah rembulan. Dia menarik busur hatinya, lalu melepaskan panah kalimatnya. Bukan rayuan tapi ungkapan. Ungkapan tentang hati yang lebih dari sekedar kata yang bisa terlepaskan. Tanpa keraguan.

Lelaki dengan cinta menanti rembulan. Menyelipkan tanya tentang cinta pada rembulan. Mungkin bukan pertanyaan, karena cinta bukan untuk dipertanyakan. Sebab tentang cinta adalah jawaban dari pertanyaan itu sendiri.

Adakalanya sang rembulan tetap diam. Adakalanya menangis dan adakalanya tersenyum. Tetapi rembulan selalu berputar menemani bumi, tempat dimana lelaki itu berpijak. Berpijak sembari lirih berbisik, aku selalu mencintaimu rembulan.

Tahukah kau?
Aku lelaki itu, dan kau rembulan

***

Salam
Elang

1411015221482505334
1411015221482505334

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun