Banyak orang yang pasrah menghadapi masalah dan tidak ambil solusi karena tidak mengetahui harus bagaimana, saat pertanyaan bathin seperti itu muncul dalam hati biasanya ada ilham dan ada bisikan yang manusia disuruh memilih, memilih menghadapi atau menghindari, tidak memilih keduanya juga berarti mengambil pilhan yang sama beresiko.
Bagi orang yang beriman tentu memilih untuk mencari solusi, apalagi sudah ada tawaran dari sang pencipta alam ini agar kembali ke titik pusat persoalan hidup, ia yakin semua yang menimpamu dan menimpa dunia ini sudah tertuliskan, bahkan jauh sebelum semuanya terjadi sehingga ketika hal baik yang datang, ia tidak terlalu bangga namun terus bersyukur. Dan Jika hal buruk yang didapat maka ia juga tidak terlalu kecewa dan tetap bersabar (57:22-23).Â
Dengan demikian jiwa akan tetap stabil dan tidak menyalahkan siapapun apalagi menyimpan rasa dendam dan permusuhan atau kedengkian yang secara psikologis akan mengganggu kesehatan jiwa. Orang beriman diminta agar apapun masalah yang ada hadapi dengan sabar dan konsultasi pada Tuhan (shalat) (2:153), sehingga untuk solusinya Tuhan akan membersamainya sampai jalan keluar terbaik akan diperolehnya.
Masalah yang kita hadapi  tidak seberapa jika dibandingkan dengan apa yang dihadapi rasulullah saw sebagai penghulu umat, beliau menghadapi keburukan luar biasa dari kaumnya yang berusaha menentang keras bahkan penangkapan pembunuhan sudah dalam rencana musuh-musuhnya, padahal beliau adalah al-amin orang yang dipercaya, jujur dan amanah namun semua kebajikan yang diberikan kepada umatnya tidak direspon positif bahkan sebaliknya beliau mendapat tuduhan gila, tukang sihir dan pendusta, sebuah serangan mental yang manusia lain tidak akan sanggup menghadapinya.
Saat pamannya yaitu Abu Thalib dan Istrinya Khadijah masih hidup, masih ada perlidungan secara politik dan kekeluargaan, namun setelah keduanya wafat beliau mulai merasakan kesendirian yang berujung pada kesedihan dan larut dalam memikirkan bagaimana nasibnya kedepan, bukan nasib dirinya pribadi namun nasib agama yang diemban dari Tuhan sebagai sebuah kewajiban. Lebih-lebih Kafir Quraish makin berani dan ganas (8:30).Â
Ditengah situasi semacam itu beliau pergi ke Thaif, kali-kali disana ada yang mau menerima dakwah beliau, ternyata di Thaif sama bahkan lebih berani penduduknya untuk melempari beliau dengan kotoran dan batu, kaki beliau berdarah, beliau berlidung di sebuah pohon dan berdoa mengadu pada Allah akan kusulitannya saat itu, Jibril menawarkan balasan atas kesongongan kaumThaif namun jiwa lembutnya menolaknya, "jangan Jibril, mudah-mudah keturunan mereka nanti ada yang mau menerima Islam".
Dari sebuah rumah yang besar yang tak jauh dari pohon tempat beliau berteduh, rupanya penguhuninya yang beragama nasrani demikian memperhatikan kondisi beliau, sehingga minta pembantunya yang bernama Addas agar membawa anggur untuknya, ketika anggur disodorkan untuk dimakan beliau kemudian mengambilnya sambil mengucap "bismillahirrahmanirrahiim".Â
Si Addas kaget mendengarkan ucapan yang tidak biasa, kemudian ia bertanya, "anda siapa?". Rasulullah saw menjawab, "saya saudaranya Nuh". Addas pun meyakini berdasarkan pengetahuannya bahwa yang ada dihadapannya adalah seorang nabi, kemudian ia menyalami dan mencium tangannya dan segera kembali kemajikannya dan melaporkannya, si majikan juga faham bahwa orang yang sedang berteduh itu adalah nabi.
Beliau kembali ke Mekah, sebelum sesampainya disana beliau membaca al-Quran, rupanya para jin berkumpul untuk mendengarkannya, "...Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Quran yang menakjubkan" (72:1). Dari surat Jin ini beliau dapat informasi kalau Jin itu juga ada yang beriman dan ada yang Kafir, mereka yang  siap menerima Islam siap pula untuk mendakwahkan Islam dikalangan mereka bangsa Jin. Jadi kalau manusia saat itu banyak yang tidak terima hidayah Islam maka bangsa Jin justu banyak yang mau menerimanya tentu tetap pada alam masing-masing. Nabi Muhammad saw menjadi nabi untuk seluruh alam (21:107).
Ketika musim Haji tiba beliau mendatangi tenda-tenda untuk menyampaikan dan menawarkan Islam pada para peziarah, namun Abu Lahab pamannya selalu membuntutinya dan berusaha menghasut para peziarah agar tidak mempercayainya. Ini juga contoh bagi para da'i agar dalam dakwah tidak harus diundang tapi mendatangi jamaah untuk menyampaikan kebajikan jika memang mengikuti sunnah rasulullah saw. Saat ini  yang mempraktekan dakwah dengan mendantangi jamaah adalah yang dikenal dengan Jamaah Tabligh.
Ditengah jiwa yang terus berharap atas solusi dari masalah keumatan yang dihadapi beliau singgah di rumah sepupunya yang bernama Fakhitah kakak dari Ali bin Abi Thalib yang dikenal bijak, wanita ini lebih dikenal dengan sebutah Ummu Hani karena memiiki anak pertahama benama Hani  yang kemudian menjadi periwayat hadist  Isra Mi'raj dan hadist shalat Dhuha. Jelang tidur beliau shalat akhir malam dan disaksikan Ummu Hani, ada yang menjelaskan shalat bersama dengan keluarga tersebut. Malam itulah sebagian menjelaskan beliau Tidur dan "bermimpi" diajak berjalan  malam  oleh Jibril dengan kendaran buroq. Pada keterngan lain beliau dalam posisi terjaga diajak Jibril untuk dibersihkan dadanya di dekat sumur zam-zam sebelum kemdian diisra' mi'rajkan ke masjidil Aqsha dan terus ke Sidrtail Muntaha.