Mohon tunggu...
Khairul
Khairul Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Lelaki biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jatuh

8 Juni 2017   22:11 Diperbarui: 9 Juni 2017   08:43 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: woocara.blogspot.com

Petaka itu datang begitu saja

Berawal dari mimpi yang buta

Gugur Nur dari genggam cinta

Tiada tanya yang patut dikata

            Ia termakan oleh hasutan karma

            Dari orang tua yang dilema

            Hingga anak yang sengsara

            Menanggung aib yang durjana

Oh Nur ku yang malang

Peluklah aku dalam kabut petang

Jangan kau mengelak takdir yang

Matamu kosong dan gersang oh sayang

Merangrang ...

            Jangan kau hilang dan buang

            Kenang yang kita rajut dari ruang

            Hingga membukit nafsu jalang

            Kau tendang aku jauh kejurang

Ku abadikan goresan sembilu ini

Suatu saat ketika kau kembali

Aku selalu menerimamu lagi dan lagi

Walau tenggelam berulang kali

            Aku dan dosa ku Nur

            Masih membekas bagai ujur

            Semakin mengeras dan terlanjur

            Tersiksa asa, bersalah aku hancur

Nur, ampuni aku

Peluklah aku apapun keadaanmu

Malu dan ragu bukan kuasamu

Benci dan mati bukan watakmu

            Nur, ampuni aku

            Kembalilah kerumah kita

            Yang telah kita bangun bersama

            Dengan kesederhanaan suka dan duka

Aku telah mati

Sebelum Tuhan menciptakan kematian itu sendiri

Sejak kau pergi

Dari bilik pintu yang sering kau berdiri

            Aku hampa

            Aku kosong tak bernyawa

            Lukisanku mati

            Tulisanku mati

            Otak-otakku menggila

            Dan hatiku sengsara

            Aku menggigil dalam do'a

            Sujudku usam dan percuma

Dosaku terus menanggih

Janji manis yang ku lirih

Dari ragu aku merintih

Kau pergi aku bersedih

            Nur...

            Aku ujur

            Gila dan terkujur

            Menanti Tuhan namun tak manjur

Sedetik bagaikan setahun

Bagaimana aku bisa melalui hari

Jika sepanjang itu aku sendiri

Apalagi ketidak pedayaan ini

Aku mati

Ingin pergi

Menyepi

Sendiri

Mampus termakan sunyi

Nur... kembalilah

Aku selalu menunggu sampai entah

Aku telah

Aku pasrah

Nur... pergilah

Aku kalah

Aku

Aku tak dapat

Aku tak rela

Kau sendiri

Menyiksa batin

Kau denganku

Sengsara ribuan kali

Pergilah

Bahagialah Nur ku

Aku menyerah

Jika aku hanyalah luka

Duka bagimu kini dan kelak

Aku tak memaksamu

Aku tak

Aku

Aku sungguh

Aku ragu tapamu

Aku takut bersamamu

Aku takut engkau terluka

Lagi, lagi dan lagi kau menderita

Aku tak pantas untukmu

Yang penuh kasih dan aku

Aku adalah sisa-sisa dari binatang jalang

Meski bukan dari kumpulan yang terbuang

Namun aku

Aku bagai iblis bagimu

Tak pantas mendapat belas kasih

Aku pantas kau siksa

Dosa-dosaku terlalu melangit

Aku pantas meski aku ragu

Aku ragu tanpamu

Aku takut bersamamu

Aku

Aku tak dapat menjelaskan apapun lagi

Kau terluka dan terluka setiap hari

Apalagi iblis sepertiku

Aku

Aku kalah oh Nur ku sayang

Biarkan aku terbuang

Dari hatimu yang malang

Aku

Aku pasrah oh Nurku sayang

Tak ingin engkau menghilang

Dari pelukanku yang jalang

Aku

Aku takut oh Nurku sayang

Bayang-bayangmu

Aku bercumbu dengan sesal

Aku terjebak oleh khayal

Pergilah oh Nurku sayang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun