Masyarakat dahulu tidak menggunakan lotion atau obat pengusir nyamuk seperti yang telah di sediakan di zaman sekarang. Mereka menggunakan bahan-bahan alam sebagai media pengusir nyamuk, yaitu bunga jantan dari tanaman kluwih.
Tanaman kluwih telah tersebar di wilayah tropis dan Pasifik. Pohonnya memiliki tinggi sekitar 10-15 meter atau lebih. Kecepatan tumbuh berkisar antara 0,5-1,5 meter per tahun. Pohonnya mulai berbuah ketika berumur 8-10 tahun dengan jumlah 600-800 buah per musimnya. Pohon ini juga memiliki getah putih yang lengket pada permukaan batangnya.
Kluwih merupakan tanaman yang masih berkerabat dengan sukun. Bentuknya pun hampir mirip. Hanya saja sukun memiliki kulit yang halus dan tidak berbiji, sedangkan kluwih memiliki kulit yang berduri dan berbiji. Orang zaman dulu juga menyebutnya "Nongko enom" atau nangka muda. Kluwih juga memiliki nama lokal Kulur atau timbul dalam bahasa Sunda dan Jawa.
Dilansir oleh Wikipedia, klasifikasi tanaman kluwih menurut ilmu taksonomi adalah sebagai berikut:
Kingdom: plantae
Divisi: Tracheophyta
Subdivisi: Spermatophytes
Class: Angiosperms, mesangiosperms, eudicots, cure eudicots, superrosidae, rosids, fabids
Ordo: Rocales
Family: Moraceae
Tribus: Artocarpeae
Genus: Artocarpus
Spesies: Artocarpus Camansi
Sinonim takson: Artocarpus Leeuwenii Diels
Kluwih atau Artocarpus Camansi memiliki bunga jantan yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan Male Inflorescense. Bunga tersebut berbentuk silinder panjang, berwarna kuning kecoklatan, dan memiliki duri-duri halus. Orang Jawa menyebut bunga kluwih ini dengan sebutan Onthel.Â
Secara ilmiah, Onthel pernah dijadikan objek penelitian sebagai media pengusir nyamuk. Kandungan kimia yang ada pada bunga kluwih ini terbukti memiliki efektivitas antinyamuk. Dalam pengujian Jones dan kawan-kawan yang telah di publikasikan pada Maret 2012, tentang isolasi dan identifikasi kandungan asam lemak yang terdapat pada bunga kluwih terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti. Onthel terbukti mengandung asam undeakonik, asam karpid, dan asam laurat yang di hasilkan dari proses hidrodestilasi.
Masyarakat pada zaman dahulu mengaplikasikan bunga kluwih sebagai obat nyamuk dengan cara dikeringkan dan dibakar. Onthel yang telah jatuh dari pohonnya dikumpulkan dan dikeringkan selama 2 hari atau lebih tergantung tingkat kebasahannya. Jika Onthel telah mengering, kemudian ujungnya dibakar hingga mengeluarkan asap. Metodenya sama dengan obat antinyamuk pada umumnya, hanya saja ini menggunakan bahan murni dari alam.
Onthel tidak hanya digunakan sebagai obat antinyamuk di wilayah Indonesia saja, melainkan metode ini juga digunakan di daerah Oceania. Asap hasil pembakaran Onthel mengandung asam karpid yang efektif digunakan untuk mengusir nyamuk. Di samping kelebihan Onthel yang tidak menimbulkan efek samping karena tidak menggunakan bahan kimia sintesis, Onthel juga memiliki kekurangan pada bau yang menyengat karena proses pembakaran.Â
Namun sekarang jumlah populasi tanaman kluwih sudah semakin sedikit. Tidak banyak orang yang menanam pohon kluwih, bahkan pohon ini sudah jarang sekali ditemukan. Masyarakat di zaman sekarang mungkin tidak tau bentuk Onthel atau bahkan kegunaannya sebagai antinyamuk karena metode ini telah digantikan dengan mosquito repellen atau antinyamuk yang lebih praktis digunakan.
Sebenarnya ada banyak sekali kegunaan tanaman kluwih selain bunganya yang dapat dijadikan antinyamuk. Tetapi buahnya juga dapat dikonsumsi sama seperti tanaman sejenisnya. Pohonnya juga dapat digunakan sebagai pondasi rumah karena bentuknya yang fleksibel dan tahan rayap sehingga aman untuk digunakan dalam jangka panjang.
Ditulis oleh Ela Fanuristiya, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Mari bermain ke pekarangan untuk mengingat masa kecil di pedesaan. Jangan takut akan digigit nyamuk, semua akan teratasi dengan Onthel.
Onthel?
Solusi gampang, basmi nyamuk!!
Salam Komunikasi!!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI