Mohon tunggu...
hida
hida Mohon Tunggu... Penulis - writer

Art

Selanjutnya

Tutup

Hobby

"Kepada Luka", Sebuah Resensi Buku Puisi

5 Maret 2020   08:25 Diperbarui: 5 Maret 2020   08:38 2322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JUDUL : KEPADA LUKA
ISBN : 978-602-70626-3-4
PENULIS : MATDON
PENERBIT : MSB PUBLISHING      
TAHUN TERBIT : 2020
CETAKAN : PERTAMA, JANUARI 2020
TEBAL BUKU : 70 HALAMAN
JENIS COVER : SOFT COVER

Matdon adalah Penyair, wartawan dan Rois 'Am Majelis Sastra Bandung yang lahir pada tanggal 12 Desember 1966.

Buku kumpulan puisinya yang telah terbit antara lain: Persetubuhan Bathin ( bersama penyair Dedy Koral ), Garis Langit ( 2002 ), Mailbox ( 2004 ), Kepada Penyair Anjing ( 2008 ), Benterang ( 2009, bersama Atasi Amin dan Anton D Sumartana ) dan Sakaratul Cinta dan Buku kumpulan esai Birahi Budaya, serta Kumpulan Cerpen "Bubur Ayam" (2019).

Puisinya juga terdapat dibuku antalogi bersama Maha Duka Aceh, Di Atas Viaduct, JILFEST Jakarta, Temu Sastrawan Indonesia di Ternate, Pertemuan Penyair Nusantara di Jambi, Puisi dan tulisan budayanya dimuat di Pikiran Rakyat, Sinsr Harapan, Kompas, Galamedia, Bandung Post, Balipost, Seputar Indonesia, Tribun Jabar, Radar Bandung, The Jakarta Post dll. Sejak tahun 2009 hingga kini menjadi Rois 'Am Majelis Sastra Bandung, sebuah komunitas sastra yang dia dirikan bersama rekan rekannya.

Dalam buku Kumpulan Puisi Kepada Luka ini terdapat 40 puisi yang terdiri dari berbagai rasa. Di beberapa puisi kita akan menemukan perasaan Romantis, Kritis dan Agamis (Reljius) / Sufis, dan Erotis.

PERJALANAN

1.

Aku melipat senyuman dalam bagasi

Agar kau tak curiga

Di dalam dadaku berdesakkan harapan;

Berjumpa dirimu

 

2.

Jengkal trotoar yang kita singgahi

Selalu membawa kesenangan 

Dan kenangan

Selalu kujadikan buah tangan abadi

 

3.

Kereta meliuk di setiap tikungan

Serupa selebrasi kegembiraan

Mungkin sepi setengah sembunyi

Karena sebentar lagi

Kau kutemui

 

4.

Aku menepi di kota dan hatimu

Karena hati dan kotamu tempat aku

Membuang sunyi

Puisi berjudul Perjalanan tersebut menjadi pembuka Kumpulan Puisi Kepada Luka ini. Lirik yang apik, romantis dan tentu saja puitis. Perhatikan paragraf berikut :  

 

Aku melipat senyuman dalam bagasi

Agar kau tak curiga

Di dalam dadaku berdesakkan harapan;

Berjumpa dirimu

Pada puisi yang ditulis tahun 2016 ini terlihat sekali bahwa Kyai Matdon adalah penyair dewasa. Kalimat "melipat senyuman dalam bagasi" bukanlah kalimat yang asal ucap dan tanpa renungan. Ini menjadi ruh untuk tubuh dari puisi ini. Bait kedua juga tak kalah puitis;

 

Jengkal trotoar yang kita singgahi

Selalu membawa kesenangan 

Dan kenangan

Selalu kujadikan buah tangan abadi

Menjadikan jengkal trotoar yang disinggahi sebagai buah tangan yang abadi tidak dapat diraih dengan permainan diksi biasa. Dan ini rasanya begitu sangat romantis.

Puisi pertama pada buku ini berhasil membuat saya tak sabar untuk terus membaca. Puisi keduanya pun tak kalah keren. Silakan simak dengan seksama;

PERJALAN LAGI

Ada hutan di matamu

Pohon dan akarnya merambat ke hati

Menembus lebat hujan

Kau kedinginan

Jiwamu menggigil butuh sentuhan

Tapi kau juga laut tempat

Berteduh ikan-ikan

Dadamu adalah gemuruh ombak

Yang terdampar di pasir cinta

 

Satu kata untuk puisi ini adalah "Gila". Speechless, ini diksi tingkat tinggi.

Salah satu puisi yang kritis dalam buku ini berjudul "Bandung Zaman Ridwan Kamil", saya suka bait terakhirnya;

 

Semua jalan yang kususuri di kota ini

Bau kebohongan

Kecuali suara adzan di mesjid

Kena dan menusuk.

Ada satu puisi agamis alias relijius yang ditulis tahun 1985. Ini keren sumpah. Sebagai orang yang pernah hidup di pesantren dan saya pun pernah sekolah di Cipasung, rasanya kena pisan di hati saya ketika membacanya.

WESEL

Di sepanjang Borolong-Cipasung

Kita menjelajahi nyanyian surga

Bercanda bersama kitab-kitab kuning

Di antara tumpukan Jurumiah

Safinah dan Ta'limul Muta'allim

Tapi kita kesepian

Saat wesel belum tiba

 

Puisi ini khas santri anak SMA. Saya sangat suka, dan ini ditulis tahun 1985, satu tahun sebelum saya lahir.

Ada satu puisi erotik di buku ini yang sangat bagus, karena puisi ini selain erotik juga sufistik. Ini ditulis tahun 1988, dan kerennya imaji Kyai Matdon sudah sekeren ini pada saat itu.

 

ONANI

Tuhan ada di sabun

Asmanya luruh bersama daki

Ya Tuhan, makna puisi ini sangat dalam, keren banget sih ini menurut saya. Menurut saya, kalau saja buku ini diberi judul ONANI, pasti keren banget. Tapi bahaya juga sih.

Pada puisi berjudul "Di Kafe Two M Braga" saya jatuh cinta pada bait terakhirnya. Simak ini;


Fahamilah, Sin

Kota adalah sungai yang menenggelamkan sunyi

dan Kafe itu ada dalam kota ini

Aduhai sekali itu diksi.

Puisi berjudul "Kepada Luka" yang dijadikan judul untuk buku ini juga tak kalah keren sih. Silakan simak :

 

KEPADA LUKA

Kepada yang terhormat; luka

Aku memeluk hujan dengan airmata

Agar ia menjadi gerimis lembut

Yang masuk ke dalam hati

Dingin menyejukkan

 

Kepada yang terkasih; luka di hati

Aku menggenggam ombak dengan kasih sayang

Agar ia menjadi mata air

Menetes ke dalam jantung

Biarkan ia menjadi lembab

Dan menentramkan jiwa

 

Kepada yang tersayang;

Luka di sekujur tubuh

Aku mendekap angin dengan tangan

Agar ia menjadi semilir

Menelisik tulang belulang

Dan menjadi kuat dalam melangkah

 

Kepada luka aku berterimakasih

Karenamu aku memahami jarak tempuh

Utara dan selatan

Barat dan timur

Jauh dan dekat

Jarak angan dan angin

 

Romantisme luka yang begitu dalam, saya merasakannya sangat lembut walau luka. Sakit tapi tidak terlihat. Luka tapi tidak tampak. Sangat indah, apalagi permainan rima sangat terasa pada puisi ini.

Puisi terakhir pada buku ini berjudul "Terimakasih Pada Neni Rukmini, Istriku yang Setia, sabar dan Ikhlas", puisi ini sangat romantis.

 

Jika tak ada kamu

Bagaimana bisa aku bersujud

Pada sepi malam

Mengakrabi dingin

Bagaimana aku bisa berteman dengan

Nafasku sendiri

Aku berkenalan dengan malaikat

Dan nadiku

 

Darah di otakku kadang berhamburan

Seperti kalakay

Dan kau memungutnya dengan mesra

 

Allah!!

Beri kami kebahagiaan

Manis sekali.

Kesimpulan

Buku Kumpulan Puisi Kepada Luka karya Matdon ini saya simpulkan bahwa penikmat puisi wajib membacanya. Karena di sini pembaca akan menemukan empat hal yang sangat menarik.

1. ROMANTIS, ciri khas sorang penyair yang mampu meluluhkan hati pecintanya.

2. KRITIS, ada beberapa puisi yang tampak sekali sebagai kritikan untuk pemerintah.

3. AGAMIS (RELIJIUS) / SUFIS, kesantrian Matdon sebagai penyair yang membuat beberapa puisinya dalam buku ini sangat relijius cenderung sufis.

4. EROTIS, dalam beberapa puisi dalam buku ini ada begitu terasa unsur erotis.

Karena hal tersebut di atas saya sarankan anda yang penikmat puisi wajib 'ain untuk membacanya. Salah satu keunikan dari puisi-puisi Matdon dalam buku ini adalah dimasukkannya beberapa kata dari Basa Sunda.

Saran dan Kritik

Saran saya tertuju kepada pembaca yang telah membaca resensi yang alakadarnya ini untuk "bacalah buku ini, dan nikmati permainan diksi khas penyair dewasa".

Kritik saya untuk karya dalam buku ini tidak ada. Sungguh saya sebagai pembaca telah cukup nikmat dengan kelezatan diksi pada puisi-puisinya.

Kekurangan buku ini terletak pada penulisan saja. karena saya menemukan beberapa tipo yang tidak sesuai dengan EYD, walau begitu sungguh tidak berpengaruh terhadap ruh dari puisi-puisinya.

Saya ucapkan terimakasih kepada Kyai Matdon yang telah memberikan buku ini kepada saya sebagai imbalan sebuah kuis di facebook, jazaakumulloh...

dok. pribadi
dok. pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun