JUDUL : KEPADA LUKA
ISBN : 978-602-70626-3-4
PENULIS : MATDON
PENERBIT : MSB PUBLISHING Â Â Â
TAHUN TERBIT : 2020
CETAKAN : PERTAMA, JANUARI 2020
TEBAL BUKU : 70 HALAMAN
JENIS COVER : SOFT COVER
Matdon adalah Penyair, wartawan dan Rois 'Am Majelis Sastra Bandung yang lahir pada tanggal 12 Desember 1966.
Buku kumpulan puisinya yang telah terbit antara lain: Persetubuhan Bathin ( bersama penyair Dedy Koral ), Garis Langit ( 2002 ), Mailbox ( 2004 ), Kepada Penyair Anjing ( 2008 ), Benterang ( 2009, bersama Atasi Amin dan Anton D Sumartana ) dan Sakaratul Cinta dan Buku kumpulan esai Birahi Budaya, serta Kumpulan Cerpen "Bubur Ayam" (2019).
Puisinya juga terdapat dibuku antalogi bersama Maha Duka Aceh, Di Atas Viaduct, JILFEST Jakarta, Temu Sastrawan Indonesia di Ternate, Pertemuan Penyair Nusantara di Jambi, Puisi dan tulisan budayanya dimuat di Pikiran Rakyat, Sinsr Harapan, Kompas, Galamedia, Bandung Post, Balipost, Seputar Indonesia, Tribun Jabar, Radar Bandung, The Jakarta Post dll. Sejak tahun 2009 hingga kini menjadi Rois 'Am Majelis Sastra Bandung, sebuah komunitas sastra yang dia dirikan bersama rekan rekannya.
Dalam buku Kumpulan Puisi Kepada Luka ini terdapat 40 puisi yang terdiri dari berbagai rasa. Di beberapa puisi kita akan menemukan perasaan Romantis, Kritis dan Agamis (Reljius) / Sufis, dan Erotis.
PERJALANAN
1.
Aku melipat senyuman dalam bagasi
Agar kau tak curiga
Di dalam dadaku berdesakkan harapan;
Berjumpa dirimu
Â
2.
Jengkal trotoar yang kita singgahi
Selalu membawa kesenanganÂ
Dan kenangan
Selalu kujadikan buah tangan abadi
Â
3.
Kereta meliuk di setiap tikungan
Serupa selebrasi kegembiraan
Mungkin sepi setengah sembunyi
Karena sebentar lagi
Kau kutemui
Â
4.
Aku menepi di kota dan hatimu
Karena hati dan kotamu tempat aku
Membuang sunyi
Puisi berjudul Perjalanan tersebut menjadi pembuka Kumpulan Puisi Kepada Luka ini. Lirik yang apik, romantis dan tentu saja puitis. Perhatikan paragraf berikut : Â
Â
Aku melipat senyuman dalam bagasi
Agar kau tak curiga
Di dalam dadaku berdesakkan harapan;
Berjumpa dirimu
Pada puisi yang ditulis tahun 2016 ini terlihat sekali bahwa Kyai Matdon adalah penyair dewasa. Kalimat "melipat senyuman dalam bagasi" bukanlah kalimat yang asal ucap dan tanpa renungan. Ini menjadi ruh untuk tubuh dari puisi ini. Bait kedua juga tak kalah puitis;
Â
Jengkal trotoar yang kita singgahi
Selalu membawa kesenanganÂ
Dan kenangan
Selalu kujadikan buah tangan abadi
Menjadikan jengkal trotoar yang disinggahi sebagai buah tangan yang abadi tidak dapat diraih dengan permainan diksi biasa. Dan ini rasanya begitu sangat romantis.
Puisi pertama pada buku ini berhasil membuat saya tak sabar untuk terus membaca. Puisi keduanya pun tak kalah keren. Silakan simak dengan seksama;
PERJALAN LAGI
Ada hutan di matamu
Pohon dan akarnya merambat ke hati
Menembus lebat hujan
Kau kedinginan
Jiwamu menggigil butuh sentuhan
Tapi kau juga laut tempat
Berteduh ikan-ikan
Dadamu adalah gemuruh ombak
Yang terdampar di pasir cinta
Â
Satu kata untuk puisi ini adalah "Gila". Speechless, ini diksi tingkat tinggi.
Salah satu puisi yang kritis dalam buku ini berjudul "Bandung Zaman Ridwan Kamil", saya suka bait terakhirnya;
Â
Semua jalan yang kususuri di kota ini
Bau kebohongan
Kecuali suara adzan di mesjid
Kena dan menusuk.
Ada satu puisi agamis alias relijius yang ditulis tahun 1985. Ini keren sumpah. Sebagai orang yang pernah hidup di pesantren dan saya pun pernah sekolah di Cipasung, rasanya kena pisan di hati saya ketika membacanya.
WESEL
Di sepanjang Borolong-Cipasung
Kita menjelajahi nyanyian surga
Bercanda bersama kitab-kitab kuning
Di antara tumpukan Jurumiah
Safinah dan Ta'limul Muta'allim
Tapi kita kesepian
Saat wesel belum tiba
Â
Puisi ini khas santri anak SMA. Saya sangat suka, dan ini ditulis tahun 1985, satu tahun sebelum saya lahir.
Ada satu puisi erotik di buku ini yang sangat bagus, karena puisi ini selain erotik juga sufistik. Ini ditulis tahun 1988, dan kerennya imaji Kyai Matdon sudah sekeren ini pada saat itu.
Â
ONANI
Tuhan ada di sabun
Asmanya luruh bersama daki
Ya Tuhan, makna puisi ini sangat dalam, keren banget sih ini menurut saya. Menurut saya, kalau saja buku ini diberi judul ONANI, pasti keren banget. Tapi bahaya juga sih.
Pada puisi berjudul "Di Kafe Two M Braga" saya jatuh cinta pada bait terakhirnya. Simak ini;
Fahamilah, Sin
Kota adalah sungai yang menenggelamkan sunyi
dan Kafe itu ada dalam kota ini
Aduhai sekali itu diksi.
Puisi berjudul "Kepada Luka" yang dijadikan judul untuk buku ini juga tak kalah keren sih. Silakan simak :
Â
KEPADA LUKA
Kepada yang terhormat; luka
Aku memeluk hujan dengan airmata
Agar ia menjadi gerimis lembut
Yang masuk ke dalam hati
Dingin menyejukkan
Â
Kepada yang terkasih; luka di hati
Aku menggenggam ombak dengan kasih sayang
Agar ia menjadi mata air
Menetes ke dalam jantung
Biarkan ia menjadi lembab
Dan menentramkan jiwa
Â
Kepada yang tersayang;
Luka di sekujur tubuh
Aku mendekap angin dengan tangan
Agar ia menjadi semilir
Menelisik tulang belulang
Dan menjadi kuat dalam melangkah
Â
Kepada luka aku berterimakasih
Karenamu aku memahami jarak tempuh
Utara dan selatan
Barat dan timur
Jauh dan dekat
Jarak angan dan angin
Â
Romantisme luka yang begitu dalam, saya merasakannya sangat lembut walau luka. Sakit tapi tidak terlihat. Luka tapi tidak tampak. Sangat indah, apalagi permainan rima sangat terasa pada puisi ini.
Puisi terakhir pada buku ini berjudul "Terimakasih Pada Neni Rukmini, Istriku yang Setia, sabar dan Ikhlas", puisi ini sangat romantis.
Â
Jika tak ada kamu
Bagaimana bisa aku bersujud
Pada sepi malam
Mengakrabi dingin
Bagaimana aku bisa berteman dengan
Nafasku sendiri
Aku berkenalan dengan malaikat
Dan nadiku
Â
Darah di otakku kadang berhamburan
Seperti kalakay
Dan kau memungutnya dengan mesra
Â
Allah!!
Beri kami kebahagiaan
Manis sekali.
Kesimpulan
Buku Kumpulan Puisi Kepada Luka karya Matdon ini saya simpulkan bahwa penikmat puisi wajib membacanya. Karena di sini pembaca akan menemukan empat hal yang sangat menarik.
1. ROMANTIS, ciri khas sorang penyair yang mampu meluluhkan hati pecintanya.
2. KRITIS, ada beberapa puisi yang tampak sekali sebagai kritikan untuk pemerintah.
3. AGAMIS (RELIJIUS) / SUFIS, kesantrian Matdon sebagai penyair yang membuat beberapa puisinya dalam buku ini sangat relijius cenderung sufis.
4. EROTIS, dalam beberapa puisi dalam buku ini ada begitu terasa unsur erotis.
Karena hal tersebut di atas saya sarankan anda yang penikmat puisi wajib 'ain untuk membacanya. Salah satu keunikan dari puisi-puisi Matdon dalam buku ini adalah dimasukkannya beberapa kata dari Basa Sunda.
Saran dan Kritik
Saran saya tertuju kepada pembaca yang telah membaca resensi yang alakadarnya ini untuk "bacalah buku ini, dan nikmati permainan diksi khas penyair dewasa".
Kritik saya untuk karya dalam buku ini tidak ada. Sungguh saya sebagai pembaca telah cukup nikmat dengan kelezatan diksi pada puisi-puisinya.
Kekurangan buku ini terletak pada penulisan saja. karena saya menemukan beberapa tipo yang tidak sesuai dengan EYD, walau begitu sungguh tidak berpengaruh terhadap ruh dari puisi-puisinya.
Saya ucapkan terimakasih kepada Kyai Matdon yang telah memberikan buku ini kepada saya sebagai imbalan sebuah kuis di facebook, jazaakumulloh...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H