"Kalopun diundang, emang kak Aya bisa datang? Kan Kades udah ultimatum, kalo Kak Aya gak bisa nemuin ramuan anti keriting buat dia, Aya gak boleh pulang ke desa."
"Oh iya juga." Aya menggumam."Yaudah Fiet, itu kaosnya jangan lama-lama. Mau aku pake buat pamer ke seluruh dunia, I Am Rangkater." Dengan kata-kata pamungkas itu, Aya menutup telepon.
Fietry terdiam lama setelah Aya menutup telepon. Ia memandang layar laptopnya yang masih kosong, buku catatan kecil yang memuat rekap seluruh administasi pas kompasianival. Dan tumpukan kaos berserakan di kamarnya menunggu untuk dibungkus dan dikirim ke pemesannya. Fietry bingung mana dulu yang harus dikerjain, laporan keuangan kompasianival, bungkusin kaos dan nyatetin alamat, atau menulis pengumuman libur natal dan tahun baru untuk pejabat Desa Rangkat.
Akhirnya Fietry memilih pekerjaan paling mudah dan menyenangkan yang selalu ia suka, Fietry mematikan ponsel dan meletakkannya di meja. Lalu menghempaskan diri di atas kasurnya yang empuk. Tak lama kemudian dengkuran Fietry terdengar hingga ke kamar Bimo.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H