"Tapi kalau ada tugas yang melibatkan pergi ke rumah Mommy, Teteh kasih tahu Bimo nyak?" Bimo berucap penuh harap.
Fietry menggeleng-gelengkan kepala, ia hanya melambaikan tangan menyuruh Bimo pergi. Fietry menarik napas panjang berusaha menenangkan diri, punya adik satu, lagi masa-masanya mengejar perempuan. Dan saat ini yang jadi target Bimo adalah anak-anak Mommy yang cantik. Fietry berusaha kembali ke pekerjaannya yang tertunda. Akan tetapi, ponselnya kembali berdering nyaring, memutus konsentrasinya. tanpa melihat Caller ID-nya, Fietry memencet tombol answer dan mendekatkan ponsel ke telinga.
"Halo?" Fietry menjawab telepon sambil memeriksa catatan keuangan di buku kecilnya.
"Fietryyyyyyy!!!!!!!! Kaosku manaaaaaaaaa??????" Suara Aya yang cempreng melengking membuat telinga Fietry berdenging.
ya ampun, ada apa dengan semua orang hari ini? keluh Fietry dalam hati.
"Maaf, Kak Aya. Masih nyangkut di kantor Pos kayaknya." Fietry menggigit bibir sambil melirik onggokan paket kaos yang belum sempat di kirim. Di tumpukan paling atas terdapat nama dana alamat Aya sebagai penerima.
"Tapi yang lain udah pada make kaosnya, Fieettttt!!" Aya ngotot.
"Lha, yang lain kan pada ambil langsung dari saya Kak. Gak pake pos. Makanya cepet." Fietry memberi alasan, harap-harap cemas tidak akan ketahuan bahwa sebenarnya paket untuk Aya belum menyentuh tangan tukang pos. "Lagian kenapa Kak Aya belum pulang juga ke desa? emang ramuan anti kriting buat Kades belum ketemu juga?"
Yah, Aya memang sedang diberi tugas kehormatan untuk menjelajah dunia demi menemukan ramuan untuk meluruskan rambut si kades kriboh, karena berbagai treatment dari salon tak kunjung mampu membuat rambut si kades bisa dijinakkan.
"Belum nih, lagian tuh kades kenapa gak dibotakin aja sih? biar seksi kayak Bang ibay. aku kan yang susah cari ramuan kemana-mana." Aya tiba-tiba curcol. Curhat colongan. "Terus kenapa aku gak diundang makan malam di rumah Mommy?" tanya Aya tiba-tiba.
Itu lagi! Fietry mendesah.