"Aku mau ngejenguk Fietry, katanya lagi sakit ya?" Kata Sekar.
"Iya, udah seminggu tuh bersin-bersin mulu. Â Tapi orangnya lagi tidur, Teh. Apa perlu aku bangunin?" tanya Bimo.
"Enggak usah, biarin dia istirahat. Tapi Teteh boleh liat ke kamarnya kan?"
Bimo mengangguk. Sekar melangkah masuk ke kamar Fietry yang sedang terlelap. Meletakkan bungkusan yang ia bawa berisi kripik bermacam rasa.
"Maafkan Mbak, Fiet. Bukan Mbak gak menghargai dukunganmu terhadap Mbak. Hanya saja Mbak rasa belum waktunya. Semoga kamu mengerti dengan keputusan yang Mbak ambil." Sekar berkata pelan, takut mengganggu tidur Fietry.
Fietry yang sedang tertidur pulas tiba-tiba nyengir, membuat Sekar yang melihatnya tersenyum, ia lega karena Fietry mengerti penjelasannya. Sekar mencium pipi Fietry sekilas kemudian berpamitan pulang pada Pak Dian dan Bimo.
Sementara itu, dalam tidurnya Fietry masih nyengir. Sesekali ia mengigau.
"Ih...Mas Lala romantis banget deh, makasih ya bunga teratainya. hehehe."
Pak Dian dan Bimo yang mendengarnya terlongo.
-------------------------------------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H